SOLOPOS.COM - Seorang petani menyirami tanaman cabai di lahan pertanian wilayah Dusun Nagung, Desa Kedundang, Temon, Kulonprogo, Senin (11/9/2017). (Rima Sekarani I.N/JIBI/Harian Jogja)

Petani di wilayah Temon mengandalkan sumur bor untuk mencukupi kebutuhan air selama musim kemarau

Harianjogja.com, KULONPROGO – Petani di wilayah Temon mengandalkan sumur bor untuk mencukupi kebutuhan air selama musim kemarau. Penyiraman lahan pertanian dilakukan minimal tiga kali dalam sepekan.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Seorang petani bernama Adi Agus mengaku minimnya suplai air dari jaringan irigasi sudah menjadi hal biasa setiap kali menghadapi musim kemarau. Mereka selalu mengandalkan sumur bor.

“Air dari sumur pantek [bor] lumayan banyak,” ungkap Adi saat menyirami tanaman cabai di wilayah Dusun Nagung, Desa Kedundang, Temon, Kulonprogo, Senin (11/9/2017).

Menurur Adi, air dari sumur bor sebenarnya mencukupi untuk menanam padi saat kemarau. Namun, para petani cenderung menghindari hal itu karena banyaknya ancaman hama. Ketimbang gagal panen, mereka lebih memilih menanam palawija, seperti cabai, melon, atau semangka.

Usia cabai yang ditanam Adi saat ini mencapai sekitar sebulan. Dia masih harus rajin menyiram secara berkala selama dua bulan ke depan hingga masa panen tiba. Kegiatan itu dilakukan minimal sebanyak tiga kali dalam sepekan. “Pasokan airnya diambil dari sumur pantek,” kata Adi.

Langkah serupa juga dilakukan petani lainnya, Fauzi. Dia hanya berharap harga cabai sedang dalam posisi yang baik saat dia melakukan panen nanti. Dengan begitu, dia bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dan bukannya malah merugi karena harga justru anjlok.

“Kalau harga sekarang katanya Rp8.000 per kilogram. Kalau pas bagus, bisa sampai Rp40.000,” ujar Adi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Kulonprogo, Bambang Tri Budi Harsono mengatakan, musim tanam pertama bagi tanaman golongan I atau padi biasanya dimulai pada awal Agustus, sedangkan tanaman palawija yang merupakan golongan II dimulai pada awal November.

Bambang lalu mengaku optimis tanaman pangan di wilayah Kulonprogo masih aman dari ancaman bencana kekeringan. Dia belum menerima keluhan warga mengenai kekeringan di lahan pertanian. “Kondisi suplesi air untuk intake [irigasi] Kalibawang dan intake Sapon juga normal,” ucap Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya