SOLOPOS.COM - Sampah di TPST Piyungan berjubel di pinggir jalan aspal lantaran lahan tempat pembuangan sudah kelebihan muatan. Gambar diambil, Jumat (29/9/2017). (Bhekti Suryani/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Kulonprogo, musim hujan ganggu panen melon

Harianjogja.com, KULONPROGO–Petani melon di Desa Kaligintung, Kecamatan Temon terpaksa harus memanen dini tanaman melon mereka. Hal itu akibat hujan yang terus-menerus mengguyur wilayah Kulonprogo, selama beberapa hari belakangan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu petani melon di desa setempat, Ahmad menuturkan, hujan dengan intensitas sedang yang terjadi, mengakibatkan tanah lahan pertanian melon menjadi terlalu basah.

“Bisa merusak buah, kalau tidak segera dipanen nanti busuk,” kata dia, Jumat (29/9/2017).

Ahmad menjelaskan, melon yang petani tanam rerata adalah melon jenis action. Memiliki ciri khas kuat dari ancaman virus, dan lebih tahan hujan. Melon jenis ini menjadi pilihan banyak konsumen di perkotaan, karena warnanya oranye dan memiliki rasa manis.

Namun kali ini, tanaman melon sudah dalam kondisi layu, batangnya mulai kisut. Sebetulnya, melon normal dipanen dalam kondisi matang dan siap konsumsi setelah 60 hari tanam. Namun saat ini melon mereka harus dipanen dan disetorkan ke pengepul, untuk dibawa ke Jakarta dan Bandung, walaupun baru ditanam 57 hari.

Ia menyebutkan, dari luasan lahan dua Hektare, petani idealnya bisa menghasilkan 28 ton buah melon. Dalam kondisi seperti saat ini, diperkirakan hasil panen turun mencapai 50% menjadi hanya 14 ton saja.

Akibat panen dini, terjadi penurunan kualitas melon yang disetor petani. Hal itu berdampak pada harga melon yang turut mengalami penurunan. Biasanya, harga melon bisa mencapai Rp7.000 sampai Rp8.000 per Kilogram. Saat ini hanya dibanderol Rp4.000 per Kilogram.

Salah satu pengepul melon, Supri mengatakan, perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi ini, membuat banyak petani yang panen dini. Sehingga, banyak stok melon yang kemudian berada di tangan pedagang.

Ia tidak menampik, bahwa biasanya melon akan dibawa ke Jakarta dan Bandung untuk dijual. Namun kali ini, bersamaan dengan Muharram, berpengaruh pada sulitnya penjualan, sekalipun di kota-kota besar.

“Sedikit warga yang hajatan, dan mungkin hanya dijual di rumah-rumah makan,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya