SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pertanian Klaten sebagian tanahnya mengalami penurunan tingkat kesuburan. Petani pun memilih menggunakan pupuk organik untuk mengembalikan kesuburan.

Solopos.com, KLATEN – Serapan pupuk bersubsidi jenis organik hingga pertengahan 2015 mencapai 92%. Tingginya serapan pupuk organik tersebut dilakukan para petani untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, penyerapan pupuk bersubsidi hingga Juni 2015 untuk jenis urea yakni 12.272 ton atau terserap 43% dari. Pupuk jenis ZA terserap 5.301 ton atau sekitar 45%, SP36 terserap 1.217 ton atau 55%. Sementara, pupuk bersubsidi jenis organik yakni 4.407 ton atau sekitar 92%.

Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dispertan Klaten, Joko Siswanto, menjelaskan unsur organik pada lahan pertanian di Klaten semakin menurun. Unsur tersebut menjadi salah satu indikasi tingkat kesuburan atau produktivitas lahan.

Salah satu cara guna mengembalikan tingkat kesuburan melalui penggunaan pupuk organik. “Makanya, selama beberapa tahun terakhir digalakkan penggunaan pupuk organik salah satunya untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah,” jelas dia saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

Selain menambah penggunaan pupuk organik, Joko mengatakan selama ini para petani juga diminta mengoptimalkan pemanfaatan jerami pada lahan pertanian. “Jadi, setelah dipanen, jerami itu jangan semuanya dibawa pulang. Lebih baik dikembalikan ke lahan pertanian untuk ikut diolah. Itu merupakan salah satu cara untuk mengemablikan unsur organik tanah,” katanya.

Kasi Perlindungan Tanaman dan Rehabilitasi Lahan Dispertan Klaten, Iwan Kurniawan, mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UGM, tanah di Klaten memiliki kandungan organik sekitar 2%.

“Tingkat kesuburan tanah di Klaten sudah sangat menurun. Sudah pernah dilakukan penelitian dari UGM yang hasilnya rata-rata tingkat kesuburan lahan pertanian sekitar 2%. Padahal, kandungan organik pada tanah semestinya 5%. Itu merupakan hasil penelitian pada 2002 lalu,” jelas dia saat dihubungi Solopos.com, Minggu (19/7/2015).

Lantaran hal itu, tingginya penyerapan pupuk organik menjadi salah satu indikator adanya upaya dari petani untuk memperbaiki lahan pertanian mereka. “Mengurangi pupuk kimia, penggunaan pupuk organik ditambah. Selain bagus untuk tanaman, penggunaan pupuk organik sendiri juga mengembalikan tingkat kesuburan tanah,” ungkapnya.

Iwan mengatakan perbaikan pola tanam juga diperlukan guna pengembalian kesuburan tanah. Hanya, hingga kini masih ada petani yang tak mematuhi pola tanam yang sudah diberlakukan. “Sebenarnya sudah ada surat edaran terkait pola tanam. Yakni dalam satu masa tanam ada penanaman palawija. Hanya, masih ada yang tidak memenuhi pola tanam tersebut artinya sepanjang musim tetap menanam padi,” urai dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya