SOLOPOS.COM - Salah satu petani memetik buah jeruk keprok yang ditanam di sebuah ladang yang terletak di Desa Tibayan, Kecamatan Jatinom, Selasa (13/5/2014). Petani berharap kawasan Jatinom bisa kembali jaya dengan komoditas buah jeruk. (JIBI/Solopos/Shoqib Angriawan)

Solopos.com, KLATEN–Setelah menunggu selama lebih dari 25 tahun, petani di Kecamatan Jatinom akhirnya bisa merasakan kembali panen buah jeruk keprok. Sebelumnya, petani dilarang menanam pohon jeruk karena Jatinom menjadi wilayah endemis serangan virus Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) pada 1985.

Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Jatinom, Widodo, mengatakan pada 1980-an Jatinom dikenal sebagai derah penghasil jeruk keprok terbesar di Klaten. Namun, pada 1985 di tanaman jeruk di kawasan setempat terserang oleh virus CVPD.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Serangan virus yang semakin meluas akhirnya membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten melarang petani menanam jeruk mulai 1985. Hal itu dilakukan untuk memutus rantai virus yang semakin berkembang.

Gejala tanaman jeruk yang terserang virus tersebut di antaranya munculnya warna belang maupun bintik-bintik pada daun. Setelah itu, tanaman dan buah tidak bisa tumbuh serta lama-kelamaan mati.

“Setelah lebih dari 25 tahun itu, petani di Jatinom mulai bangkit dan mulai panen jeruk. Petani ingin mengembalikan kejayaan yang sempat hilang,” paparnya kepada wartawan di ladang jeruk milik salah seorang petani di Desa Tibayan, Kecamatan Jatinom, Selasa (13/5/2014).

Saat ini, menurutnya, sudah ada sekitar 150 Hektar (Ha) petani yang menanam jeruk keprok. Dari luas tersebut, 30 Ha tanaman jeruk di antaranya sudah siap dipanen. “Kami memperkirakan pada 2015, bertambah 50 Ha lahan tanaman jeruk yang siap dipanen, sebab usianya kini baru mencapai dua tahun,” imbuhnya.

Pantauan solopos.com di sebuah ladang di Desa Tibayan, sejumlah petani terlihat memanen buah jeruk. Petani pun tampak kewalahan karena buah yang diperoleh memang cukup banyak.
Salah satu petani asal Dusun Jurang Boto, Desa Tibayan, Ngatmo Sunarto, 56, membenarkan adanya serangan virus tersebut. Pada 2009, dia dan sejumlah petani lain mulai memberanikan untuk menanam tanaman jeruk.

Usaha dan kerja kerasnya kini membuahkan hasil. Seluas 2.000 meter persegi yang ditanami 150 pohon jeruk miliknya berhasil tumbuh subur dan bisa dipanen. “Pohonnya tumbuh subur sekali. Diperkirakan satu pohon bisa menghasilkan sekitar 50 Kilogram (Kg) jeruk,” katanya kepada wartawan di lokasi, Selasa.

Pada musim ini, dia mengaku sudah berhasil menjual sekitar 2 Ton jeruk. Hingga saat ini, pihaknya terus melakukan pemanenan karena banyaknya buah yang terus tumbuh.
Dia memperkirakan pada musim ini tanamannya bisa menghasilkan total sektar 6 Ton. “Untuk penjualannya, saya tidak perlu ke pasar, sebab sudah ada banyak tengkulak yang datang ke ladang untuk membeli jeruk,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya