SOLOPOS.COM - Ilustrasi Petani Merawat Tanaman Tembakau (Dok/JIBI/Solopos)

Pertanian Klaten, luas lahan tembakau di Klaten menurun akibat cuaca yang tak menentu.

Solopos.com, KLATEN–Luas lahan yang ditanami tembakau diperkirakan menyusut 50 persen dari potensi luas lahan tembakau di Klaten. Hal itu menyusul kondisi cuaca yang susah diprediksi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kasi Produksi Perkebunan dan Kehutanan Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten, Mursito, mengatakan potensi lahan tembakau di Klaten seluas 3.000 hektar (ha). Lahan itu tersebar di Kecamatan Trucuk, Jogonalan, Prambanan, serta Manisrenggo.

Ekspedisi Mudik 2024

“Tahun ini musim tanam mundur sehingga tidak bisa seperti potensi lahan tembakau. Kalau diperkirakan menurun sekitar 50 persen atau sekitar 1.500 ha,” katanya saat ditemui di Dispertan, Jumat (19/8/2016). Biasanya September-Oktober itu tanaman tembakau sudah pada dipanen.

Mursito mengatakan kondisi cuaca yang susah diprediksi membuat sejumlah petani memilih tak tanam tembakau. Selain itu, di sejumlah lahan pertanian dibiarkan bero lantaran petani tak ingin berspekulasi.

“Kalau kondisi normal, saat ini sudah kemarau dan tanaman tembakau mulai terlihat. Pada September-Oktober itu sudah panen. Tetapi, karena masih ada hujan, tanaman kurang baik,” ungkap dia.

Kepala Dispertan Klaten, Wahyu Prasetyo, mengatakan kondisi cuaca yang susah diprediksi mempengaruhi kualitas tembakau. Alhasil, sebagian petani memilih jenis tanaman lain ketimbang berspekulasi mendapatkan kondisi tanaman tembakau bagus dengan kondisi musim kemarau yang masih kerap hujan.

“Otomatis kalau masih ada hujan lalu cuaca mendung itu berpengaruh ke tembakau. Petani memang harus mengambil langkah mengurangi dan memperkecil kerugian. Di daerah atas [kawasan lereng Gunung Merapi] memang sudah terlihat ada yang tanam tembakau. Namun, untuk daerah bawah yang biasanya tanam tembakau masih ragu-ragu,” katanya.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Klaten, Kadarwati, mengatakan anomali cuaca membuat para petani tembakau berpotensi merugi. Diperkirakan, besaran kerugian untuk merawat tanaman tembakau ditaksir Rp25 juta/ha. “Itu kami namakan potensi karena memang belum merugi. Tetapi, melihat situasinya [anomali cuaca] potensi untuk kerugian memang ada,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya