SOLOPOS.COM - Anggota TNI mengikuti pelatihan pertanian di Sidowayah, Polanharjo, Klaten, Rabu (12/8/2015). Setiap anggota TNI dituntut untuk mengetahui ilmu di bidang pertanian, termasuk cara menggunakan alat tanam padi atau transplanter. (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Pertanian Klaten lahan yang ditanami padi mencapai 64.814 Ha.

Solopos.com, KLATEN Luas lahan pertanian yang ditanami padi di Klaten hingga Agustus mencapai 64.814 hektare (ha). Luas ini melebihi target tahun 2015.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten, Joko Siswanto, mengatakan target luas lahan yang ditanami pada 2015 ini yakni 64.256 ha. Sementara luas lahan yang sudah dipanen yakni 55.014 ha.

“Capaian luas lahan yang ditanami sebesar 100,9 persen dari target. Capaian ini melebihi target 2014 sekitar 63.000 ha,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (24/8/2015).

Dengan produktivitas tanaman berkisar 6,5-7 ton/hektare, diperkirakan produksi padi pada lahan pertanian yang ada mencapai 450.000-an ton.

Joko mengatakan faktor-faktor yang menyebabkan terpenuhinya target tersebut salah satunya banyak lahan bera yang mulai ditanami. Luas lahan bera di Klaten sebelumnya mencapai 1.000-1.500 ha.

“Dulu memang ada lahan bera karena kondisi lahan kerap diserang hama sehingga petani memilih tidak tanam terlebih dahulu. Setelah ada gerakan salah satunya dari TNI, banyak lahan bera yang mulai ditanami. Memang belum semuanya tertanami. Target kami capaiannya sekitar 200 persen,” jelasnya.

Disinggung pembelian gabah ke petani, Joko mengatakan selama beberapa bulan terakhir Badan Urusan Logistik (Bulog) mulai melakukan pembelian hasil panen. Dari laporan yang ia terima, pada Juli-Agustus sebanyak 18.848 ton padi sudah diserap Bulog. “Kalau dijadikan gabah sekitar 36.000 ton yang sudah dibeli,” katanya.

Lebih lanjut, Joko mengatakan belum semua hasil panen padi dibeli Bulog. Masih banyak tengkulak yang membeli hasil panen dengan harga di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) yang diatur melalui Inpres No. 5/2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah.

“Kalau diibaratkan satu Bulog menghadapi 10 tengkulak. Masih banyak hasil panen yang dibeli oleh tengkulak. Sebelum panen tengkulak sudah datang. Saya sarankan ya petani menahan dulu atau setidaknya mengolah gabah hasil panenan menjadi padi baru dijual. Ini lebih menguntungkan,” ungkapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya