SOLOPOS.COM - Ilustrasi hama wereng (Dok/JIBI)

Solopos.com, KLATEN-Serangan hama wereng yang masih menjadi momok di Klaten membuat Pemkab harus mencari solusi untuk menekan masalah tersebut. Salah satunya dengan uji coba varietas bibit baru dan penggunaan pupuk organik dengan menggandeng beberapa perguruan tinggi.

Untuk uji coba tersebut, saat ini Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten menyiapkan tujuh hektare lahan yang akan menjadi lokasi percobaan tersebut. Di dalam percobaan itu, Dispertan menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bupati Klaten, Sunarna, mengatakan beberapa tahun terakhir ia mendapat keluhan dari para petani di wilayah Klaten tentang serangan hama wereng dan tikus. Hal itu membuat produksi panen berkurang dan dikhawatirkan bisa mengancam persediaan pangan di Klaten.

“Keluhan dari para petani ini harus dicarikan jalan keluar agar mereka bisa bercocok tanam dengan tenang. Kami akan berupaya mencari solusinya untuk menekan serangan hama dan penyakit seperti menemukan varietas padi yang cocok dengan penggunaan pupuk organik. Kami dibantu tenaga ahli dan pakar pertanian dari UGM dan IPB,” katanya kepada wartawan di sela-sela meninjau lokasi percontohan di wilayah Kecamatan Klaten Tengah, Rabu (18/6/2014).

Tidak hanya bibit yang akan menjadi bahan penelitian, tetapi penggunaan pupuk organik juga akan dimasukkan dalam kegiatan tersebut. Menurut Bupati, pupuk menjadi faktor penting dalam meningkatkan produktivitas dan ketahanan tanaman padi yang ditanam petani.

“Nantinya, pertumbuhan padi yang sudah ditanam ini akan dicek secara rutin untuk evaluasi. Kalau ada kekurangan bisa langsung ditangani. Kami harap percobaan pertama ini bisa menampakkan hasil sehingga bisa disempurnakan lagi,” tuturnya.

Pupuk Kimia
Sementara itu, Kasi Produksi Dispertan Klaten, Lilik Nugraharja, mengatakan di dalam percobaan itu ada tanaman padi yang dipupuk kimia dan organik sebagai pembanding. Sedangkan tanaman padi yang ditanam yakni jenis 64. Nantinya, hasil panen akan diuji lagi dengan sistem yang berbeda.

“Jadi, dalam percontohan ini, ada dua pupuk yang digunakan yakni pupuk kimia dan organik. Kami berharap bisa didapat hasil tanaman padi yang tidak disukai hama tetapi enak dikonsumsi manusia. Sebab, biasanya padi yang tidak ada hamanya, rasanya juga tidak enak,” katanya saat ditemui wartawan di sela-sela meninjau lokasi percontohan bersama Bupati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya