Pertanian Karanganyar kekurangan air terutama di lahan yang nekat ditanami padi.
Solopos.com, KARANGANYAR – Lahan pertanian di sebagian wilayah Karanganyar kekurangan air menyusul ditutupnya saluran Dam Colo dan tak kunjung turunnya hujan Oktober ini.
Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024
Pantauan Untuk memenuhi kebutuhan air, petani iuran membuat sumur-sumur bor. Seperti yang dilakukan beberapa petani di Dagen yang memilih membuat sumur bor di saluran air Dam Colo timur. Air limbah buangan pabrik pun disedot petani untuk mengairi sawah. Seperti diungkapkan Kades Dagen, Andi Susilo Purnomo, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin. “Ada kali kecil di desa kami yang jadi pembuangan limbah cair pabrik yang juga disedot untuk pertanian. Selain itu banyak petani yang iuran membuat sumur-sumur bor baru,” tutur dia. Situasi tersebut menurut Andi Susilo membuat biaya penggarapan lahan membengkak. “Sampai saat ini belum ada yang sampai puso. Tapi cost-nya jadi tinggi sekali,” imbuh dia.
Andi menjelaskan petani di wilayahnya sudah paham ihwal agenda rutin penutupan saluran Colo. Artinya, petani harus siap menanggung risiko bila nekat menanam padi pada musim kemarau. Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Distanhutbun) Karanganyar, Supramnaryo, mengatakan nasib tanaman padi saat ini tergantung suplai air dari sumur-sumur bor (pantek). “Sampai saat ini belum ada tambahan data tanaman padi yang puso,” terang dia. Supram, panggilan akrabnya, mengatakan para petani nekat menanam padi pada masa tanam (MT) III lantaran berharap sudah turun hujan pada bulan Oktober, Tapi belum ada tanda-tanda turun hujan.