SOLOPOS.COM - Ilustrasi. Salah seorang petani asal Kecamatan Karangmojo, Rebo Sujiwanto menunjukkan Kartu Tani yang baru saja dia terima saat dibagikan di Aula Kecamatan Karangmojo. Kamis (6/9/2017). (JIBI/Irwan A. Syambudi)

Para petani di Karanganyar menolak kartu tani karena tak mau dibuat ribet.

Solopos.com, KARANGANYAR — Sejumlah petani di Karanganyar menolak penggunaan kartu tani untuk membeli pupuk bersubsidi. Para petani menilai penggunaan kartu tani justru ribet dan menyusahkan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu petani asal Nglinggo, Buran, Tasikmadu, Wito, 63, mengatakan pembelian pupuk bersubsidi di daerahnya masih dilayani secara konvensional di tingkat pengecer dengan sistem rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK). Hal itu dinilai jauh lebih simpel dan mudah dibandingkan harus menggunakan kartu tani melalui bank.

Ekspedisi Mudik 2024

“Di daerah saya, kartu tani belum digunakan. Informasinya memang sebentar lagi. Kalau saya boleh memilih, tak perlu pakai kartu tani. Itu justru ribet. Lebih baik penjualan pupuk bersubsidi seperti yang sudah berjalan saat ini. Program kartu tani itu justru menambah bingung para petani. Padahal, petani itu suka yang simpel dan praktis alias tidak berbelit-belit,” kata pemilik lahan seluas 3.500 meter persegi itu saat ditemui Solopos.com di areal sawahnya di Buran, Tasikmadu, Senin (26/2/2018).

Baca:

Hal senada dijelaskan petani lainnya, Wagimin, 60. Petani di Tasikmadu ini berharap pemerintah tidak mempersulit petani saat membeli pupuk bersubsidi.
“Saya juga mendengar tentang penggunaan kartu tani untuk pembelian pupuk bersubsidi itu. Saya berharap pembelian pupuk seperti yang sudah berjalan saja. Masak membeli pupuk harus berurusan dengan bank,” katanya.

Salah satu pengecer pupuk bersubsidi di Tasikmadu, Suryaningish, 46, mengatakan penjualan pupuk bersubsidi di daerahnya belum menggunakan kartu tani. Terlepas dari hal itu, para petani di daerahnya memilih pembelian pupuk bersubsidi secara konvensional dengan sistem RDKK.

“Di tempat saya belum diberlakukan kartu tani itu. Mesinnya memang belum siap. Saya pribadi, juga belum memiliki gambaran tentang penggunaan mesin itu. Soalnya, memang belum ada pelatihan lebih lanjut,” kata pengecer pupuk bersubsidi UD Surya Tani Tasikmadu itu.

Pengecer lainnya di Jaten, Sugiyarto, 50, mengatakan penjualan pupuk bersubsidi dengan menggunakan kartu tani tinggal menunggu pemerintah dan BRI sebagai pencetak kartu tani. “Mau tidak mau harus siap [menggunakan kartu tani]. Itu kan bagian dari kebijakan. Setahu saya, memang banyak petani yang menilai penggunaan kartu tani justru menjadi ribet,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Karanganyar, Supramnaryo, mengatakan pemberlakuan kartu tani di Karanganyar secara resmi berlangsung mulai awal Maret 2018.

“Jumlah petani di Karanganyar berkisar 62.000 orang. Yang sudah memperoleh kartu tani sudah mencapai 80 persen. Terkait medin elektronik data capture [EDC] masih kurang 53 unit [kebutuhan di Karanganyar mencapai 183 unit],” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya