SOLOPOS.COM - Ilustrasi sayuran (JIBI/dok)

Pertanian Karanganyar, para petani di Tawangmangu rugi karena harga hasil panen mereka harganya turun drastis.

Solopos.com, KARANGANYAR — Harga sejumlah komoditas sayuran garapan petani di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, anjlok selama sebulan terakhir. Kondisi itu membuat para petani menjerit.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Contohnya harga wortel saat ini di kisaran Rp500 per kilogram dan kol Rp1.000 per kilogram. Padahal beberapa bulan lalu harga wortel mencapai Rp12.000 per kilogram dan kol Rp8.000 per kilogram.

“Kondisinya mengenaskan sekali. Harga sayuran hasil panen kami terjun bebas, seperti wortel, kol, sawi, loncang, dan sebagainya,” ujar Suwito, petani sayur asal Pancot, Tawangmangu, Kamis (20/10/2016).

Menurut dia, penurunan harga sayur terjadi lantaran melimpahnya hasil panen. Selain itu karena cuaca ekstrem yang membuat hasil panen petani kurang memuaskan.

“Kami bingung. Ada masanya harga sangat tinggi dan sayur jadi rebutan. Tapi ada kalanya harganya jatuh seperti sekarang. Pedagang ogah-ogahan membeli sayuran kami,” imbuh Suwito.

Dia menjelaskan petani telah mengeluarkan biaya tak sedikit untuk menanam, panen, dan biaya angkut ke pasar. Dia berharap ada upaya konkret dari pemerintah untuk menstabilkan harga sayur.

“Yang kami harapkan harga sayur bisa stabil dari waktu ke waktu. Tidak seperti sekarang, naik-turun signifikan. Butuh keseriusan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga,” sambung dia.

Terpisah, anggota Komisi B DPRD Karanganyar, Anung Marwoko, mengaku prihatin dengan anjloknya harga sayuran. Dia mengakui selama ini harga sayuran selalu naik-turun tidak pasti.

Politikus Partai Golkar itu menduga penurunan harga terjadi lantaran anomali cuaca saat ini. Bisa juga kondisi itu disebabkan masa panen serentak sayuran di sentra-sentra produksi sayuran.

Anung khawatir situasi itu terjadi karena permainan pengepul sayuran. Harga sayuran di demplot-demplot di perkotaan masih stabil. Dinas terkait diminta mengecek ke lapangan.

“Saya menilai peran PPL [petugas penyuluh lapangan] sebenarnya sangat strategis dalam mendampingi petani, agar jadwal penanaman lebih diatur. Diversifikasi jenis sayuran yang ditanam juga penting,” kata dia.

Anung menilai perlu peran aktif dinas dengan menghidupkan kelompok-kelompok tani. Mereka diminta mendampingi petani dalam upaya pemasaran hasil panen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya