SOLOPOS.COM - Sumedi memikul hasil panen bawang putih. Dia membantu rekannya, Bejo memanen bawang putihnya, Selasa (27/9/2016). (Danur Lambang Pristiandaru/JIBI/Solopos)

Pertanian Karanganyar, curah hujan yang tinggi mendorong petani bawang panen awal.

Solopos.com, KARANGANYAR — Musim kemarau yang terus diguyur hujan, memaksa para petani bawang merah dan bawang putih memanen komoditas mereka. Hal itu dlakukan untuk mencegah gagal panen.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Salah satu petani bawang merah, Warsiyem, mengaku memanen awal tanamannya. Dia melakukan hal tersebut lantaran enggan rugi lebih jauh karena intensitas hujan yang tinggi membuat tanaman bawang merah makin menjamur dan rentan diserang hama. “Hasil panennya juga anjlok banyak. sekitar separuh,” kata dia kepada Solopos.com, Selasa (27/9/2016).

Terpisah, salah seorang petani bawang putih, Sumedi, juga akan memanen awal tanamannya.

“Sekitar 20 hari lagi saya panen. Sekarang baru 90 hari setelah tanam (HST). Biasanya, saya memanen 130 HST,” tambah dia. Sumedi juga memprediksi, hasil panennya kali ini turun sekitar 50% dibandingkan panen tahun lalu.
Di tempat lain, ketua gabungan kelompok tani (Gapoktan) Ngudi Rejeki Desa Kalisoro, Bejo Supriyanto, mengatakan hal senada. Dia memanen bawang putihnya pada 110 HST karena takut tanamannya akan rusak.

“Bawang merah dan bawang putih itu tidak tahan air. Jadi kami [para petani] biasanya menanam tanaman tersebut saat musim kemarau, mulai bulan Mei. Ndilalah [kebetulan] musim kemarau ini hujan terus. Daripada gagal panen, lebih baik kami panen awal,” terang dia kepada Solopos.com.

Menurutnya, hasil panen para petani bawang merah dan bawang putih anjlok. Untuk bawang putih, biasanya satu hektarekebun menghasilkan kurang lebih 23 ton. Namun dalam panen kali ini, dia mendapat laporan dari salah satu petani yang hanya memanen bawang putih sekitar 10 ton/hektar. Untuk bawang merah beda lagi perhitungannya. Biasanya, apabila petani menanam 10 kilogram (kg) bibit bawang merah, maka mereka akan memanen 80 kg. Namun untuk panen kali ini, para petani hanya mampu memanen 60 kg dari bibit 10 kg.

“Harganya juga naik tinggi. Bawang putih itu kalau biasanya harga cabut basahnya Rp18.000/kg, kali ini bisa Rp24.000/kg. Mau bagaimana lagi, hasil panen berkurang sedangkan permintaan tetap,” lanjut dia.

Meski panenan kali ini para petani dapat dikatakan merugi, Bejo masih bersikukuh untuk menanam bawang putih kembali tahun depan.

“Saya juga mengajak anggota Gapoktan Ngudi Rejeki untuk tidak menjual seluruh panenan bawang merah dan bawang putih. Hal itu dimaksudkan, sebagian panenan yang tak terjual bisa dijadikan bibit, jadi tidak perlu beli [bibit] ke depannya,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya