SOLOPOS.COM - Kapal Nelayan Jatim Nelayan lego jangkar kapal di kolam Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Trenggalek. (JIBI/Solopos/Antara/Destyan Sujarwoko)

Pertanian Jatim diwarnai pertumbuhan nilai tukar petani (NTP) pada Januari 2016 sehingga kini petani kalah sejahtera daripada nelayan.

Madiunpos.com, SURABAYA — Usaha pertani di bidang tanaman pangan dan hortikultura tak mampu mendongkrak nilai tukar petani di Jawa Timur. Walhasil kesejahteraan petani bulan Januari 2016 lalu kalah dibandingkan dengan nelayan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hortikultura dan tanaman pangan adalah subsektor pertanian di Provinsi Jawa Timur yang mengalami pertumbuhan nilai tukar petani (NTP) pada Januari 2016. Besaran untuk tanaman hortikultura 0,66%, sehingga NTP-nya 104,60. Tanaman pangan naik 0,17% menjadi 105,44.

Namun pencapaian tersebut tidak bisa menolong NTP secara kumulatif. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur melansir nilai tukar bulan lalu turun 0,22% ke level 105,90 dari 106,13 pada bulan sebelumnya. Alasannya tak lain pengeluaran petani lebih besar daripada pemasukan.

“Nelayan lebih sejahtera daripada petani termasuk perikanan darat,” kata Kepala BPS Jawa Timur (Jatim) M. Sairi Hasbullah dalam pemaparan NTP dan NTN Jawa Timur, di Surabaya, Selasa (2/1/2016).

Penguatan usaha tanaman pangan dan hortikultura kalah dibandingkan dengan pelemahan tiga NTP subsektor lain. Tanaman perkebunan rakyat nilai tukarnya turun 1,02% menjadi 99,76%, peternakan susut 0,85% jadi 110,40, sedangkan perikanan melemah 0,22% ke level 104,90.

Dengan demikian, Jawa Timur termasuk satu dari tiga provinsi di Pulau Jawa yang mengalami penurunan NTP. Selain Jatim ada Jawa Tengah 101,52 dan Banten sebesar 106,61. Secara keseluruhan NTP Jatim 105,90 berada dalam urutan ketiga terbesar.

Bank Benih Anggap Wajar
Ketua Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa berpendapat NTP tanaman pangan naik merupakan hal wajar. Hal ini terpengaruh harga sejumlah komoditasnya yang tengah melambung di pasaran, seperti beras, jagung dan daging ayam.

“Harga pangan tinggi karena stoknya terbatas. Jagung untuk pakan ternak terbatas sehingga harga daging ayampun tinggi,” katanya.

Secara nasional dinyatakan BPS pusat, penurunan harga BBM dan operasi pasar beras yang digelar pada awal tahun tak mampu meredam kenaikan harga bahan makanan. Inflasi kelompok bahan makanan yang tertinggi mencapai 2,20%, kondisi serupa terjadi di Jawa Timur sebesar 2,36%.

Kenaikan Harga Jagung
Pemerintah pusat menyatakan inflasi nasional pada bulan lalu yang mencapai 0,51% disebabkan minimnya pasokan jagung gara-gara musim kemarau. Sejalan dengan ini harga jagung terkerek dan akhirnya ayam dan telurpun ikut naik karena pakannya lebih mahal.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika di daerah, indeks harga yang diterima (It) petani meningkat. Di Jawa Timur saja It naik 0,85% menjadi 131,63 lantaran semua subsektor NTP-nya meningkat. Salah satu dari sepuluh komoditas utama yang bikin It naik, jagung ada di urutan pertama.

Namun sayang, kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik mengungguli It sebesar 1,07% menjadi 124,31. Sejumlah komoditas yang mendorong kenaikan Ib bulan lalu di antaranya tomat sayur, bawang merah, cabai rawit, bawang putih, telur dan daging ayam ras, rokok kretek.

“Harga gabah dan jagung sedang tinggi sehingga mengerek NTP tanaman pangan ke atas. Tapi untuk NTP gabungan seluruh subsektor pertanian, tetap turun,” ucap Dwi.

Berbeda dengan petani, nilai tukar yang dirasakan nelayan di Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 1,35% menjadi 106,33 pada Januari terhadap Desember 104,91. Hal ini terpengaruh It naik 0,16%, sedangkan Ib turun 1,17%.

“NTN mengalami peningkatan ini efek penurunan harga solar karena solar masuk dalam komponen biaya,” ujarnya, Selasa (2/2/2016).

Beban Nelayan Terkurangi
Pada 5 Januari 2016, pemerintah menurunkan harga bensin dari Rp7.300/liter menjadi Rp7.150/liter, dan harga bahan bakar mesin diesel dari Rp6.700/liter menjadi Rp5.950/liter.Penurunan harga solar mengurangi beban pengeluaran nelayan, yakni indeks yang harus dibayar nelayan.

Di dalam penurunan Ib tetap ada komoditas utama yang indeksnya naik, yaitu tomat sayur, bawang merah, cabai rawit, bawang putih, telur ayam ras, upah membersihkan kapal, gula pasir, cabai merah, dan rokok kretek.

Sementara yang Ib-nya turun ada sepuluh. Tentu solar dan bensin ada diurutan pertama sejalan dengan penurunan harganya. Selain ini ada kacang panjang, buncis, upah angkut ke TPI, salak, kerupuk, ikan pindang tongkol, ikan selar, dan seng gelombang.

Sementara itu, komoditas yang mendorong kenaikan indeks harga yang diterima nelayan (It), yaitu ikan tongkol, ikan layang, ikan swanggi, cumi-cumi, ikan gabus, cucut, cakalang, layur, lencam, dan kerang. Sedangkan yang indeksnya turung, seperti ikan kuniran, kuwe, kembung, terik, tengiri, dan lain-lain.

“Kesejahteraan nelayan Jatim meningkat tetapi belum setinggi Jabar, Jateng, dan Banten,” ucap Sairi.

BPS Jatim mencatat NTN sebesar 106,33 tidak termasuk tiga besar NTN tertinggi di Pulau Jawa, provinsi ini urutan keempat. NTN tertinggi adalah Banten 120, Jawa Barat 109, dan Jawa Tengah plus Yogyakarta 107.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya