SOLOPOS.COM - Ilustrasi panen padi (JIBI/Solopos/Antara/Siswowidodo)

Pertanian Jatim mematok harga gabah kering yang tinggi sampai-sampai Bulog tak sanggup memborong produk sesuai target.

Madiunpos.com, SURABAYA — Belum adanya solusi mengatasi tingginya rerata harga gabah di Jawa Timur berisiko menyebabkan Perum Badan Urusan Logistik (Persero) Divisi Regional Jatim tidak maksimal menyerap hasil produksi petani saat panen raya tahun 2015 ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kabid Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Satriyo Wibowo menjelaskan sampai saat ini harga gabah tertinggi di tingkat petani masih melewati Rp5.000/kg, jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) pada level Rp3.700/kg.

“Selama ini pemerintah provinsi bekerja sama dengan Bulog. Kalau suplainya tinggi, akan dibeli oleh Bulog. Hanya memang [BPS Jatim mencermati] dua tahun terakhir, harga gabah selalu di atas HPP, sehingga Bulog tidak bisa beli,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (11/5/2015).

Produsen Terbesar
Satriyo berpendapat tingginya harga GKP disebabkan Jatim adalah produsen gabah terbesar di Indonesia. Provinsi tersebut menyuplai pasokan gabah dan beras untuk beberapa provinsi di Sumatra, seluruh Kalimantan, dan kawasan Indonesia Timur kecuali Sulawesi Selatan.

Dia mencontohkan pada Desember 2014-Januari 2015, Jatim juga turut mengalirkan stoknya ke DKI Jakarta saat terjadi kekosongan dan harga beras di Ibu Kota menukik tajam. Kebutuhan tinggi itu memantik makin mahalnya harga gabah di Jatim.

“Memang ada yang harganya masih di bawah HPP, terendah Rp3.000/kg. Tertinggi masih lebih dari Rp5.000/kg, dan rata-rata masih di atas HPP. Bulog rugi kalau memaksa membeli, karena plafon mereka hanya Rp3.700/kg,” tuturnya.

Dipengaruhi Cuaca
Menurut catatannya, kabupaten penghasil gabah terbanyak adalah Lamongan, Jember, dan Banyuwangi. Hanya saja, masih terdapat kawasan yang harga GKP-nya anjlok terlalu dalam, bahkan menembus level terendah nasional.

Diungkapkan Satriyo, faktor cuaca juga sangat memengaruhi harga gabah karena kadar airnya menjadi tinggi. Belum adanya fasilitas pengering di tingkat petani menyebabkan mereka buru-buru menjual ke tengkulak karena takut gabah rusak jika terlalu lama disimpan.

“Pemprov sudah berusaha memberi sumbangan untuk pascapanen berupa fasilitas dryer lewat kelompok tani. Namun, dari tahun ke tahun mungkin sebaiknya volume [bantuannya] ditingkatkan, supaya saat panen raya gabah bisa ditahan dulu agar harga tidak jatuh.”

Persaingan Dagang
Di sisi lain, Kepala Bulog Subdivre Jatim Witono mengungkapkan hambatan terbesar untuk menyerap gabah dan beras petani adalah persaingan dengan para pengusaha swasta skala besar, yang mau membayar di atas HPP untuk membeli gabah dengan kualitas apapun.

Padahal, sambungnya, anggaran Bulog dibatasi oleh HPP dalam Instruksi Presiden (Inpres) No.5/2015. “Kami sulit bersaing dengan [pengusaha swasta]. Apalagi, inpres itu baru keluar Maret saat panen raya sudah berlangsung, sehingga kami terlambat melakukan pengadaan.”

Witono menilai ketetapan HPP dalam inpres tersebut terlalu rendah, sebab faktanya harga jual di lapangan sudah sangat mahal. Idealnya, sebutnya, HPP GKP adalah sekitar Rp4.000/kg, karena pihak swasta sudah berani membeli dengan harga tersebut.

“Faktor lain rendahnya serapan Bulog Jatim adalah panen yang mundur. Tahun lalu Januari-Februari sudah panen, tapi tahun ini kosong. Memasuki Maret baru ada panen perlahan dan puncaknya April kami optimalkan [serapan].”

Di Bawah Target
Sejauh ini (selama Januri-Mei), Bulog hanya mampu menyerap 148.000 ton dari Jatim. Serapan terbanyak dicapai Subdivre Surabaya Selatan sejumlah 31.000 ton (21%) dari wilayah Mojokerto dan Jombang.

Padahal, Subdivre Surabaya Selatan ditargetkan menyerap setidaknya 49.000 ton dari total pengadaan gabah dan beras di Jatim. Selanjutnya, Subdivre Bojonegoro baru menyerap 17.000 ton (11,5%) dari Lamongan dan Tuban. Padahal, targetnya adalah 62.000 ton.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya