SOLOPOS.COM - Buruh tani menyemai bibit tembakau untuk dipindahkan ke kebun. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Pertanian Jatim diganggu turunnya permintaan tembakau. Apa penyebabnya?

Madiunpos.com, SURABAYA Permintaan tembakau industri rokok dari Jawa Timur turun sekitar 5.000 ton tahun ini sehingga petani disarankan tidak memperluas pertanaman untuk mencegah penurunan harga.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinas Perkebunan Pemprov Jawa Timur Syamsul Arifin mengatakan dari data industri yang disampaikan ke pemerintah Jawa Timur permintaan tembakau tahun ini 65.000 ton, turun sekitar 5.000 ton dari tahun lalu. Sedangkan produksi tahun ini 85.000 ton. “Produksi memang masih lebih tinggi dibandingkan permintaan, selisihnya untuk memasok pasar khusus, seperti konsumsi tembakau di pasar langsung,” jelasnya, Selasa (7/7/2015).

Menurutnya berdasar data permintaan industri tersebut maka petani diminta tidak terlalu ekspansif seperti terjadi pada 2012 lampau. Kala itu, luasan pertanaman tembakau di provinsi ini mendekati 120.000 hektare dari luasan rata-rata normal 95.000 hektare. “Kami berharap luasan pertanaman bisa normal, ini menyesuaikan dengan permintaan industri,” tambahnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Selain penurunan jumlah permintaan tembakau industri rokok, Samsul menuturkan industri juga cenderung meminta tembakau rendah nikotin. Kondisi ini belum sepenuhnya bisa dipenuhi petani, baru 70% dari 119.770 ha lahan pertanaman tembakau di Jawa Timur rendah nikotin.

Minta Rendah Nikotin
Tembakau yang diminati industri atau berkategori rendah mengandung nikotin 2%. Sedangkan bernikotin menengah ke atas di level nikotin 3% yang rata-rata tembakau lokal.

“Seperti tembakau Jawa di Madiun itu tinggi, tembakau na oogst untuk cerutu juga nikotin tinggi, tapi kan ini tidak semua bisa untuk industri,” paparnya.

Samsul mengatakan meski tidak semua daerah bisa ditanami tembakau bernikotin rendah tapi petani diharapkan tetap menyesuaikan dengan permintaan industri.

Cegah Tembakau Impor
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Abdus Setiawan mengatakan budidaya tembakau rendah nikotin memang menjadi tuntutan karena industri meminta. Tanpa mengikuti selera industri niscaya tembakau impor akan terus masuk.

“Impor selain karena kandungan juga akibat selisih harga. Sekarang bila Jawa Timur bisa fokus tembakau rendah nikotin dengan harga bersaing maka impor bisa ditekan,” tegasnya.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Departemen Advokasi Asosiasi Masyarakat Tembakau Indonesia Soeseno mengatakan Jawa Timur berkontribusi 60% dari total produksi tembakau nasional di kisaran 164.448 ton. Adapun permintaan tembakau untuk industri rokok lebih dari 250.000 ton, selisih pasokan dipenuhi dari impor. “Karenanya keberlanjutan menanam tembakau Jawa Timur sangat menentukan produksi nasionalnya,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya