SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertanian kedelai. (Wahyu Darmawan/JIBI/Bisnis)

Pertanian kedelai di Kudus, Jateng didukung pelatihan efektif menanam komoditas itu.

Semarangpos.com, KUDUS — Petani di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (14/9/2017), dilatih cara menanam tanaman kedelai yang efektif. Pelatihan insan pertanian Kudus, Jateng oleh tim ahli dari perguruan tinggi itu diharapkan mampu mendongkrak produktivitas hasil panen kedelai mereka.

Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Catur Sulistiyanto, saat membuka pelatihan di aula Kantor Dninas Pertanian di Kudus, Jateng, tim ahli dari perguruan tinggi yang digandeng berasal dari Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Ada tiga ahli yang didatangkan, yakni Endang Pudjihartati untuk materi perbenihan, Yohannes Eko Agus untuk perlindungan tanaman, dan Dina Banjarmahor dengan materi tanah dan Kesuburan tanah.

Sebelumnya, pemerintah juga memberikan pendampingan dan penyediaan alat dan mesin pertanian serta sarana produksi (saprodi) seperti pupuk, benih dan obat-obatan. “Saat ini, kami menghadirkan akademisi untuk menularkan ilmu budi daya kedelai sesuai teknologi terbaru agar kesejahteraan petani juga meningkat,” ujarnya.

Dengan keterlibatan perguruan tinggi, diharapkan terjadi penggabungan antara ilmu tradisional dengan ilmu pertanian modern. Sementara itu, hasil panen pertanian kedelai di Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, Jateng setiap hektarenya menghasilkan 1,7 ton kedelai, sedangkan di Desa Prambatan Lor menghasilkan 1,6 ton kedelai.

Pada tahun ini, Kabupaten Kudus mendapatkan bantuan benih kedelai untuk lahan seluas 100 ha yang tersebar di beberapa desa. Di antaranya, di Desa Ploso seluas 15 ha, Desa Jepang seluas 25 hektare, Undaan Kidul, Wates serta Sambung masing-masing 5 ha. Kemudian Desa Glagah Waru seluas 10 hektare, Karangrowo 20 ha, Sidorekso 10 ha, dan Prambatan Lor 5 ha.

Salah seorang pemateri dari UKSW Salatiga, Dina Banjarmahor, menganggap hasil panen satu hektare mencapai 1,7 ton dengan cuaca saat ini tergolong bagus. “Jika dibandingkan dengan Kabupaten Grobogan sebagai penghasil kedelai lokal tertinggi di Jateng, tentu hasilnya masih kalah karena per hektarenya mencapai 2,1 ton hektare,” ujarnya.

Tingginya hasil panen di Kabupaten Grobogan, lanjut dia, karena lahannya mendapatkan perlakuan lebih dan mendapatkan pendampingan dengan pendekatan teknologi. Di antaranya, lanjut dia, ada pemeriksaan unsur PH tanah sebelum tanam.

Untuk bisa menghasilkan panen yang bagus, kata dia, sebelum ditanami, lahannya selain diberikan jerami juga pupuk kandang sebanyak 2 ton untuk lahan 1 ha. “Jika PH tanah kurang dari angka 7, sebaiknya diberikan dolomit,” ujarnya.

Benih sebelum ditebar, kata dia, perlu mendapatkan pupuk hayati 20 gram rhizobium untuk setiap kilogram benih. Jarak tanam, kata dia, perlu diperhatikan, karena jarak idealnya 40 cm x 15 cm dan 40 cm x 10 cm dan satu lubang hanya diisi dua biji. Selain itu, lanjut Dina, sawah juga harus memiliki saluran drainase sebagai antisipasi jika turun hujan.

Pemateri lainnya, Yohannes Hendro dari UKSW Salatiga menambahkan, bahwa jerami hasil sisa panen padi sebaiknya dibakar, sehingga proses penyerapan ke tanah lebih cepat. “Penggunaan pupuk organik atau pupuk kandang merupakan rekomendasi wajib yang harus dilakukan petani kedelai,” ujarnya.

Untuk menghadapi hama, dia menyarankan, di sekitar lahan ditanami bunga matahari dan tanaman kantong semar, sebagai pengalih perhatian hama dan menjadi predator hama. Sementara untuk obat semprot, petani dianjurkan menggunakan daun-daunan dan kencing kambing atau kelinci, sehingga kesuburan tanah tetap terjaga dan tidak terjadi kelebihan pupuk kimia.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Rekomendasi
Berita Lainnya