SOLOPOS.COM - Ilustrasi kedelai (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Sedikitnya 15 hingga 18 hektare lahan yang ditanami kacang kedelai digenangi air pada awal tanam.

Harianjogja.com, WONOSARI—Panen kacang kedelai di Dusun Kentheng, Desa Mulusan, Paliyan bagi petani setempat belum memberikan hasil yang maksimal. Hal tersebut disebabkan faktor hujan deras pada saat awal penanaman benih yang mengakibatkan sejumlah tanaman terendam air.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua Kelompok tani Maju Jaya, Sarnanto mengungkapkan sebanyak 15 hingga 18 hektar lahan yang ditanami kacang kedelai digenangi air pada awal penanaman. Jumlah tersebut separo dari keseluruhan hektar tanah yang digarap oleh kelompok tani Maju Jaya.

“Dari total 30 sampai 40 hektare, separuhnya tergenang air. Separuhnya masih mampu menghasilkan panenan yang lumayan bagus,” kata dia, Rabu (15/6/2016).

Sarnanto mengatakan dalam 1 hektar lahan seharusnya dapat menghasilkan hingga 1,3 ton kacang kedelai. Namun kali ini kelompok tani belum dapat mencapai jumlah tersebut. Sarnanto mengatakan 75 hari yang lalu saat penanaman air yang menggenang mencapai betis orang dewasa. Pihaknya pun berupaya untuk mengatasi keadaan tersebut dengan memberdayakan seluruh anggota kelompoknya.

“Kemarin kita upayakan dengan membangun parit atau selokan agar dapat mengalirkan genangan air,” kata dia.

Apabila tanah yang digenangi air dan didiamkan selama dua hingga tiga hari akan berdampak pada membusuknya tanaman kedelai. Ia mengatakan beberapa petani yang mampu membeli bibit agar berusaha untuk menanam kembali, namun bagi yang tidak mampu terpaksa menanam komoditas jagung.

Dengan menurunnya hasil produksi tersebut petani kesulitan untuk mencari peruntungan. Karena untuk membeli bibit kedelai sendiri harga masih belum terjangkau bagi petani. Petani membeli bibit kedelai seharga Rp15.000 per kg, sedangkan ketika panen petani hanya dapat menjual di harga Rp6.500 hingga Rp7.000 saja. Posisi tersebut cukup menggelisahkan petani. Saat disinggung mengenai subsidi dari pemerintah, pemerintah memberikan subsidi benih kedelai seharga Rp13.500. Namun waktu pemerintah membagikan benih dinilai terlambat, sehingga mau tak mau petani harus berswadaya benih terlebih dahulu.

Berbeda pada saat panen, salah seorang petani kacang di Dusun Kentheng, Saryati yang ditemui saat memisahkan kacang dengan daunnya, mengatakan warga saat ini hanya mengandalkan hujan untuk pertumbuhan tanaman kacangnya. Seperti yang dikatakan Sarnanto, hujan deras pada awal masa tanam memang cukup mengganggu pertumbuhan tanaman kacang tanah dan kedelainya. Namun kini hujan justru jarang datang dan mengakibatkan sejumlah kedelai dan kacang Tanah kekurangan air dan menjadi gabug (kekosongan biji) .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya