SOLOPOS.COM - Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X (pegang kayu) saat melihat proses budidaya garam di Pantai Sepanjang, Desa Kemadang, Tanjungsari. Sabtu (12/8/2017). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Gunungkidul untuk garam didorong menghasilkan panen lebih baik

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Petani garam di Pantai Sepanjang, Desa Kemadang, Tanjungsari ditantang untuk memroduksi garam dengan kualitas premium. Hal ini disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X saat melakukan peninjauan budidaya garam di Pantai Sepanjang, Sabtu (12/8/2017).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca Juga : DIY Jadi Lokasi Percontohan Produksi Garam, 3 Titik Disiapkan

Pertimbangan untuk membuat kualitas garam premium dilihat dari sisi keuntungan. Sultan menilai dengan membuat garam dengan kualitas nomor satu, keuntungan yang diperoleh petani lebih besar dengan nominal dua kali lipat dibandingkan dengan kualitas yang biasa.

“Kalau yang biasa dipasarkan Rp7.000 per kilo, maka garam premium harganya bisa menembus Rp14.000 per kilogram,” kata Sultan saat menjawab pertanyaan Harianjogja.com, Sabtu (12/8/2017).

Menurut Sultan dari sisi produksi pembuatan garam premium sama dengan kualitas yang biasa. Hanya saja, untuk proses penyulingan membutuhkan waktu yang lebih lama sekitar tiga hari dibandingkan dengan yang normal.

“Tinggal petaninya mau tidak. Masak menunggu tiga hari tidak mau, wong nunggu panen dari petanian selama delapan bulan bisa. Saya kira dengan membuat garam premium untuk yang didapatkan bisa lebih besar,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya