SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi (JIBI/Solopos/dok)

Pertanian Gunungkidul menghadapi anomali cuaca berupa kemarau basah yang mengacaukan pola tanam

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL— Kemarau basah membuat sejumlah petani di Desa Hargomulyo, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul terpaksa berhenti beraktifitas di ladangnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal tersebut dikarenakan kondisi lahan atau tanah yang digunakan tidak mendukung untuk tanaman pertanian.

Ketua Kelompok Tani Ngudi Makmur di Dusun Ngasinan Desa Hargomulyo, Sukiyono mengatakan bahwa tanah yang biasa digunakan untuk menanam saat ini dalam kondisi yang basah dan becek.

Hal tersebut menyebabkan sejumlah tanaman tak dapat tumbuh dengan baik. Ia pun memilih untuk menghentikan aktivitas bercocok tanam sampai waktu yang belum dapat ia tentukan.

“Kalau masih hujan terus tanaman tidak tumbuh baik. Sekarang ini lahan kami biarkan kosong terlebih dahulu,” kata dia.

Sukiyono masih khawatir dengan cuaca yang tak menentu tahun ini. Hal tersebut membuatnya “aras-arasen” untuk menanam sejumlah tanaman pertanian.

Ia belum dapat memastikan kapan akan memulai kembali menanam di sawah. Kemungkinan, apabila kemarau telah benar-benar tiba maka ia akan menanam sejumlah tanaman palawija seperti kacang hijau, kacang tanah, dan sejumlah sayuran.

Namun untuk saat ini ia memilih untuk sabar menanti musim tanam yang cocok.

“Saat ini tidak mungkin untuk menanam padi. Terlalu banyak resikonya, antara lain kalau kurang air nanti pasti mati dan merugikan,” kata dia.

Sukiyono yang juga mengemban tugas sebagai ketua Gapoktan Desa Hargomulyo tersebut menghimbau anggota kelompoknya untuk menahan aktifitas menanam sampai tiba musim kemarau yang kering.

Meskipun begitu, tak lantas membuat produktivitas hasil tani masyarakat menjadi berhenti total. Pasalnya, sejumlah tanaman yang bersifat tahunan seperti ketela pohon dan empon-empon masih dalam masa tanam bahkan hampir panen.

Melihat fenomena  kemarau basah tersebut, Camat Gedangsari Setyawan Indriyanto mengatakan bahwa masih ada petani di wilayahnya tersebut yang melanjutkan menanam padi. Meskipun hal tersebut dilakukan dengan menanggung resiko yang besar yakni gagalnya masa panen karena cuaca yang tidak mendukung tumbuh kembang tanaman padi.

“Ada sekitar enam hingga sepuluh hektar lahan pertanian di seluruh Gedangsari yang mencoba melanjutkan menanam padi,” kata dia.

Kegiatan menanam padi yang dilakukan oleh warganya tersebut dinilainya untung-untungan. Apabila tumbuh kembang padi dapat bertahan hingga menghasilkan benih beras maka itu sebuah keuntungan bagi petani.

Namun ketika padi justru membusuk ataupun mati mengering, menjadi resiko yang ditanggung penuh oleh mereka (petani).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya