SOLOPOS.COM - Lantingah sedang menanami ulang padi di sawahnya di Dusun Karangasem, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul yang tergenang air sejak hujan deras mengguyur Wonosari kemarin sore,Jumat (22/1). Foto diambil Sabtu (23/1/2016) (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Gunungkidul menghadapi masalah kemarau basah yang harus disikapi dengan menyesuaikan pola tanamnya

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura menghimbau masyarakat, khususnya para petani agar waspada pada musim kemarau basah saat ini. Kewaspadaan yang dibangun yakni terkait dengan peredaran hama dan penyakit pada tumbuhan.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Gunungkidul, Azman Latif mengatakan bahwa saat ini para petani harus waspada terhadap kondisi cuaca.

Pasalnya kondisi yang lembab dapat dipastikan tumbuh kembang hama dan penyakit semakin menjamur. Ia mengatakan tanaman yang perlu diberikan perhatian khusus yakni komoditas sayuran.

“Pada cuaca yang tak menentu ini tanaman sayuran sangat riskan terserang hama ataupun penyakit,” kata dia, Kamis (28/7/2016).

Azman melanjutkan bahwa petani sudah tak kaget dihadapkan dengan cuaca semacam ini. Dengan kata lain petani sudah paham dan mengethaui apa yang harus mereka lakukan.

Meskipun begitu, ia berharap petani mampu melakukan inovasi, khususnya seperti dapat mensiasati cuaca kemarau basah agar tak banyak merugikan para petani.

Pada saat ini petani bawang merah maupun cabai banyak yang mengalami kerugian. Pasalnya dengan curah hujan yang tinggi cukup mempengaruhi tumbuh kembang tanaman yang mereka tanam.

Azman mencontohkan, seperti petani di sejumlah daerah mensiasati cara tanam tumbuhan cabai dengan metode pengairan bumbum (meninggikan tanah di sekitar tanaman).

Hal tersebut menurutnya cukup efektif untuk mengurangi penguapan dan mengurangi hama dan penyakit. Selain itu juga dapat mengurangi menggenangnya air di sekitar tanaman.

“Metode seperti itu semestinya sudah banyak dipahami oleh para petani dalam menghadapi,” kata dia.

Dalam menghadapi kemarau basah semua hal memang perlu diupayakan, terutama untuk menjaga pertumbuhan bawang merah dan cabai yang ia sebut sebagai komoditas mahal tersebut.

Meskipun saat ini produksi cabai di Gunungkidul diakuinya masih rendah dibandingkan dengan kebutuhan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan air di sejumlah daerah.

Sementara itu, sebelumnya salah seorang petani di Desa Hargomulyo, Gedangsari, Gunungkidul, Sukiyono mengaku masih kesulitan menghadapi hama dan penyakit yang masih banyak menyerang tanaman di ladangnya, terutama tanman padi.

Pihaknya pun belum menemukan jalan keluar terkait dengan pembasmiannya.  Beberapa pengobatan telah diupayakan untuk diaplikasikan kepada tanaman, namun belum menemukan hasil yang maksimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya