SOLOPOS.COM - Saidi, 68, anggota kelompok tani Maju Seneng 1 menunjukkan sampel tanaman padi yang terindikasi hama wereng di areal persawahannya di Dukuh Garen, Desa Pandeyan, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Kamis (25/6/2015). (Kharisma Dhita Retnosari/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali diserang hama wereng yakni di Kecamatan Ngemplak.

Solopos.com, BOYOLALI — Wereng dan hama putih palsu mulai menyerang puluhan hektare sawah di Kecamatan Ngemplak, Boyolali.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) Kecamatan Ngemplak, Zaenuri, mengatakan 29 hektare lahan persawahan di sejumlah desa, yakni Desa Ngesrep, Sindon, Ngargorejo, Sobokerto, dan Dibal di Kecamatan Ngemplak juga terserang hama wereng batang coklat.

Setelah pengecekan lapangan pada Kamis (25/6/2015), kata dia, jumlah sawah terdeteksi hama bertambah 4 hektare. Dari 4 hektare tersebut, 2 hektare positif terdeteksi hama putih palsu, serta 2 hektare sisanya terindikasi hama wereng.

Menurut Zaenuri, efek kerusakan dari hama putih palsu yang menyerang jaringan hijau daun tidak sampai melebihi 25%. Namun diakuinya hama jenis tersebut memang tidak cukup hanya dengan sekali penyemprotan pestisida.

“Kalau hanya sekali disemprot tidak akan mati ulatnya. Sementara untuk serangan wereng, ini masih taraf aman. Kami akan segera mengantisipasi penyebaran lebih lanjut dengan secepat mungkin upaya penyemprotan,” kata dia sesaat setelah melakukan pengecekan hama di Desa Pandeyan, Ngemplak, Boyolali.

Sementara itu, Kepala UPT Pertanian Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Sukani, mengungkapkan sebagian dari sejumlah sawah yang terserang masih berupa gejala, seperti yang terjadi pada separuh dari total 20 hektare lahan optimasi di Desa Sindon, Kecamatan Ngemplak, Boyolali. 

“Untuk yang di lahan optimasi, hama werengnya masih gejala, baru penetasan. Di Desa Manggung, 5 dari 10 hektare lahan optimasi juga terserang hama blast,” kata dia.

Saah seorang petani Ngemplak, Saidi, mengaku terlalu banyak memberikan pupuk urea di lahan persawahannya.

“Padahal penyemprotan hama selalu saya lakukan rutin tiap 10 hari sekali, tapi tetap saja tidak mempan. Daunnya mlungker, berisi ulat kecil di dalamnya. Sebagian lagi daun-daunnya berubah warna coklat kering di beberapa blok, seperti terserang wereng,” ungkap Saidi, 68, anggota kelompok tani Maju Seneng 1 saat dijumpai  sesaat setelah pengecekan hama di areal persawahannya di Dukuh Garen, Desa Pandeyan, Kecamatan Ngemplak, Kamis.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya