SOLOPOS.COM - Tanggul saluran irigasi di Desa Sobokerto, Ngemplak, di samping Talang Tawangsari, ambrol sejak beberapa hari terakhir. Foto diambil Selasa (25/4/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali, tanggul irigasi di Sobokerto ambrol.

Solopos.com, BOYOLALI — Tanggul saluran irigasi di Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali, di samping Talang Tawangsari, ambrol sejak beberapa hari lalu. Hal itu memicu kebocoran air di sepanjang areal persawahan dari Waduk Cengklik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pantauan Solopos.com di lokasi, Selasa (25/4/2017), tanggul yang ambrol itu lebarnya empat meteran. Ambrolnya tanggul itu membuat air untuk mengairi sawah dari Waduk Cengklik bocor. Sejumlah petani memasang karung berisi pasir untuk menutup sementara tanggul tersebut.

Ketua Gabungan Perhimpunan Petani Pengguna Air (GP3A) Tri Mandiri Boyolali, Samidi, mengatakan ambrolnya tanggul tersebut karena hujan lebat dalam beberapa bulan terakhir. Diduga tanah longsor sehingga membuat tanggul tak kuat dan ambrol.

“Kalau untuk membangun kembali, anggaran Rp200 juta bisa habis. Untuk sementara petani memasang pasir dalam karung di lokasi kebocoran agar air dari waduk tak terbuang sia-sia,” paparnya saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi, Selasa.

Samidi menegaskan ambrolnya tanggul itu ikut menambah masalah program pengaliran air Waduk Cengklik ke titik terjauh 14 km di Desa Giriroto. Selama ini, volume air dari Waduk Cengklik baru 500 liter/detik.

Volume tersebut menurutnya masih belum mencukupi untuk mengaliri areal persawahan di wilayah Waduk Cengklik. “Padahal, volume air agar bisa mengalir ke Desa Giriroto, setidaknya dibutuhkan 800-900 liter per detik. Sementara saat ini baru sampai 500 liter per detik,” terangnya.

Kecilnya volume air dari Waduk Cengklik ini, kata Samidi, tak terlepas dari sejumlah persoalan di lapangan. Mulai kebocoran, sedimentasi, hingga adanya benda-benda penyumbat saluran irigasi.

“Beberapa hari ini, kami juga dipusingkan dengan adanya pipa raksasa yang ditaruh di saluran irigasi. Pipa raksasa itu ilegal dan sudah kami laporkan ke PSDA [Pengelolaan Sumber Daya Air],” terangnya.

Samidi berharap ambrolnya tanggul itu lekas mendapatkan perhatian Pemprov Jawa Tengah. Menurutnya, upaya pengembalian kejayaan Waduk Cengklik menjadi tanggung jawab bersama.

Berdasarkan catatan Solopos.com, total panjang saluran irigasi Waduk Cengklik mencapai sekitar 38 km. Saluran itu terdiri dari pintu Waduk sebelah kiri, sebelah kanan, dari Irobayan, dan Watu Leser.

Saluran terpanjang berada di pintu Waduk Cengklik sebelah kiri yang mencapai 17 km dan pintu Waduk sebelah kanan mencapai 10 km. Di Desa Sobokerto, ada 47 ha sawah, Desa Ngesrep, Sindon, dan Kenteng, masing-masing ada lahan pertanian seluas 55 ha, 125 ha, 35 ha.

Sedangkan di Desa Potronayan, Sembungan, Mangung, Jeron, Kismoyoso, dan Giriroto mencapai seratusan hektare lebih lahan pertanian yang teraliri air.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya