SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BOYOLALI — Aktivitas Mujinem, 55, sebagai buruh tani di Desa Sawahan, Ngemplak, Boyolali, nyaris tak ada bedanya saban hari.

Sejak musim tanam dimulai dua bulan lalu dia rutin mengecek aliran air yang dipompa dari sumur pantek lewat satu unit mesin diesel. Tahun ini sepetak sawah yang digarap Mujinem menjadi satu-satunya sawah yang “terjepit” di lingkungan Perumahan Griya Sawahan Indah V.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain diapit perumahan, sawah Mujinem berbatasan langsung dengan tol Solo-Kertosono (Soker). Setahun belakangan, Mujinem yang buruh serabutan itu susah mencari pekerjaan. Sebabnya, sektor pertanian yang jadi lahan subur dirinya tak lagi bisa diandalkan.

“Irigasi sudah tidak lancar, ditambah banyak sawah yang sekarang jadi perumahan jadi susah mencari orang yang membutuhkan tenaga buruh tani,” ungkap dia saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (21/10/2018) pagi.

Kini Mujinem tak cuma mengandalkan sektor pertanian. Kadang, bersama para buruh harian lepas lain, dirinya merantau ke Kota Bengawan untuk mencari tambahan penghasilan dengan menjadi kuli proyek.

Mujinem pun mengakui sudah banyak buruh tani di kawasan Sawahan banting setir pekerjaan. “Sebabnya sektor pertanian kini sudah tidak bisa dijagakne [diandalkan],” imbuh dia.

Musim tanam pertama (MT I) tahun ini sawah garapan Mujinem tak mendapatkan aliran air dari Waduk Cengklik. Padahal seharusnya Desa Sawahan menjadi salah satu dari 12 desa di Kecamatan Ngemplak yang masuk Daerah Irigasi (DI) Waduk Cengklik.

Permasalahan ini diakui ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Waduk Cengklik, Samidi. Di wilayah Ngemplak, ada lima desa yang tidak terjangkau aliran waduk, salah satunya Sawahan.

Lebih lanjut, Samidi menjelaskan hal ini lantaran rusaknya saluran irigasi yang mengalirkan air dari waduk ke desa. Saluran tersebut berada di timur Pasar Gagan, Desa Donohudan.

Pantauan Solopos.com, belum lama ini, saluran tersebut tampak dipenuhi sampah sehingga air tak bisa mengalir. Lahan-lahan persawahan yang mengapit saluran itu pun terlihat tandus tanpa ditanami padi.

Selain dibersihkan, saluran irigasi memerlukan pembenahan karena dinding saluran mulai roboh. Ketersediaan air dan kondisi infrastruktur irigasi menjadi penyebab tidak adanya air yang mengalir hingga Desa Sawahan.

Saat dimintai konfirmasi, Kepala Desa Sawahan, Poniman, mengakui memang tidak memprioritaskan perbaikan irigasi pertanian. Penyebabnya lahan pertanian di Sawahan kini sudah berkurang drastis digantikan perumahan dan jalan tol.

“Sawahan kini hanya punya sekitar 35 hektare [ha] sawah. Padahal sebelum banyak perumahan dan sebagian beralih fungsi sebagai tol, luas sawah di desa ini mencapai 100 ha,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com di Balai Desa Sawahan, Rabu (24/10/2018) siang.

Selain berkurangnya luas lahan, masalah pertanian di Sawahan ada pada sumber daya manusia. Poniman mengakui Gapoktan dan P3A tak berjalan sebagaimana mestinya.

“Pengurus kelompok tani sudah banyak yang tua dan tidak ada lagi anak muda yang mau jadi petani, lahan tinggal dijual saja dan jadi perumahan,” imbuh dia.

Padahal, lanjutnya, nama Sawahan dulu disematkan lantaran wilayah tersebut menjadi salah satu lumbung padi di kawasan Ngemplak. Namun kini Sawahan malah nyaris tanpa sawah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya