SOLOPOS.COM - Surono, warga Kelurahan Kemiri, Mojosongo, Boyolali menimbang pepaya jenis California dan Thailand, Rabu (16/3/2016). Pepaya tersebut dijual ke daerah lain. (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Komoditas pertanian Boyolali, akibat stok minim harga pepaya di sentra produksi di Boyolali mengalami kenaikan.

Solopos.com, BOYOLALI–Harga pepaya di Boyolali awal bulan ini mengalami kenaikan Rp1.500/kg sampai 2.000/kg. Kenaikan itu dipicu akibat minimnya stok barang di pasar sedangkan permintaan pepaya mengalami peningkatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah seorang pedagang pepaya Kelurahan Kemiri, Mojosongo, Surono, mengatakan kenaikan harga pepaya jenis California dan Thailand terjadi sejak awal bulan ini. Harga pepaya sekarang Rp5.000/kg sampai Rp6.000/kg. Sebelumnya harga pepaya di pasar Rp3.500/kg sampai Rp4.000/kg.

“Permintaan pepaya Boyolali bisa sampai 3 ton/hari sampai 4 ton/hari. Banyaknya minimarket, supermarket baru dan pedagang pepaya pinggir jalan membuat permintaan pepaya terus meningkat,” ujar Surono saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Rabu (16/3/2016).

Menurut dia, sebagian besar pepaya di Boyolali untuk memenuhui kebutuhan di daerah lain seperti Solo, Salatiga, Sragen, Yogyakarta, Semarang, Demak, Kudus, dan Kalimantan. Ia mengaku puncak panen pepaya di Boyolali baru terjadi pada Agustus.

“Kondisi sekarang pohon pepaya masih berusia lima bulan dan buahnya masih banyak yang belum matang,” kata dia.

Disaat permintaan pepaya meningkat, kata dia, buah pepaya yang ada di pohon justru banyak terserang jamur upas. Jamur tersebut menjadikan buah pepaya menjadi kerdil dan merusak kulit buah pepaya. Selain itu, buah pepaya yang terkena jamur itu rasa buahnya tidak manis.

“Jamur upas sering menyerang tanaman pepaya ketika musum penghujan. Kalau musim kemarau tanaman pepaya justru banyak diserang hama kutu putih yang mengakibatkan tanaman pepaya menjadi mati,” kata dia.

Ia mengatakan persaingan pamasaran buah pepaya di pasar sangat ketat seiring kemunculan pepaya jenis baru yang dikembangkan daerah seperti Madiun, Jatim dan Magelang, Jateng. Pepaya jenis baru yang dikembangkan dua daerah itu dijual lebih murah.

“Soal persaingan pepaya Boyolali di pasar masih menang meskipun kompotitor bermain dengan harga murah. Dari segi branding sudah terkenal lebih dulu dibandingkan pepaya dari Megelang dan Madiun,” kata dia.

Senada diungkapkan pedagang pepaya lainnya, Ahmad Rozi. Menurut dia, permintaan pepaya dari daerah lain mencapai 5 ton/hari. Namun, karena stok pepaya sangat minim hanya mampu memenuhui kebutuhan 1,5 ton/hari.

“Saya mencari pepaya sampai ke Musuk dan Ampel tetapi tidak ada stok barang. Sebagian besar pepaya di Boyolali masuk ke pabrik di Semarang untuk bahan pembuatan saus,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya