SOLOPOS.COM - Petani tembakau dari Selo menjemur tembakau rajang di tol Solo-Kertosono, Ngemplak, Boyolali, beberapa waktu lalu. (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali, ratusan petani Selo berbondong-bondong turun gunung untuk menjemur tembakau.

Solopos.com, SOLO — Ratusan petani tembakau dari lereng Gunung Merapi-Merbabu wilayah Selo, Boyolali, turun gunung sejak dua pekan lalu. Mereka rela menempuh perjalanan berpuluh-puluh kilometer dari rumah mereka ke kawasan Teras, Banyudono, dan Ngemplak mencari tempat terik untuk menjemur hasil panen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan Solopos.com, sejak sepekan terakhir, para petani tembakau tersebut mulai tampak berdatangan ke Teras, Banyudono, Ngemplak, mulai pukul 08.00 WIB. Mereka datang menumpang mobil-mobil pikap berisi tumpukan widik tembakau yang telah dirajang.

Sasaran tujuan mereka adalah tempat-tempat luas, seperti lapangan dan sepanjang tol Solo-Kertosono (Soker). Di situlah, mereka menjemur tembakau hasil panen hingga sore hari atau sebelum hujan mengguyur.

“Di tol, sinar mataharinya cukup bagus dan lantainya sudah berlapis semen. Tembakau bisa kering dalam sehari,” ujar Suparman, salah satu petani tembakau asal Desa Selo Tengah saat berbincang dengan Solopos.com di ruas Tol Soker wilayah Kecamatan Ngemplak, Minggu (1/10/2017).

Suparman dan teman-temannya rela menempuh perjalanan 50-an km demi menjemur tembakau. Menurutnya, jika tidak bisa kering dalam sekali jemur, kualitas tembakau rusak dan harganya anjlok.

Padahal, berharap sinar mentari yang cukup terik di wilayah lereng gunung terasa sangat sulit. “Kalau hari ini tembakau enggak kering, harganya bisa jatuh Rp20.000/kg atau bahkan enggak laku. Makanya, betapa pun jauhnya, ya kami jalani,” ujar petani tembakau lainnya, Widodo.

Widodo menjelaskan biaya mengangkut tembakau ke wilayah Ngemplak bisa mencapai Rp140.000/hari. Selain untuk beli bahan bakar minyak (BBM), uang itu juga untuk biaya makan minum selama menunggu tembakau.

Bagi petani yang tak memiliki mobil pikap, biayanya bisa lebih mahal lagi karena harus sewa mobil sekitar Rp400.000/hari. “Kita juga harus hati-hati di jalan raya. Karena petani tembakau ini kerap jadi sasaran razia polantas,” tambahnya.

Menurut Widodo, cuaca di musim panen tembakau kali ini cukup bersabahat dengan petani. Sayang, sejak sepekan terakhir hujan kerap mengguyur secara tiba-tiba.

“Kalau pas panas sepanjang seharian seperti hari ini, kami bisa pulang dengan lega karena tembakau rajang kering semua,” ungkapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya