SOLOPOS.COM - Tanaman padi di Desa Donohudan, Ngemplak, Boyolali, gagal panen diserang hama wereng. (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali, program asuransi gagal panen tak diminati petani karena dianggap hanya formalitas.

Solopos.com, BOYOLALI — Program pemerintah untuk memberikan ganti rugi kepada petani yang mengalami gagal panen rupanya tak seindah yang dibayangkan. Sekitar 90% petani tak meminati program itu dengan alasan kebijakan itu dinilai sekadar formalitas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Boyolali, Samidi, menegaskan program asuransi usaha tani padi atau AUTP itu sudah pernah dijalankan tahun lalu. Namun, kata dia, hasilnya sangat mengecewakan para petani.

Ekspedisi Mudik 2024

Samidi menyebut program itu sekadar formalitas yang tak menolong petani. “Saya tegaskan, program asuransi itu hanya akal-akalan pemerintah. Petani tak akan berminat lagi,” tegas Samidi saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela kegiatannya, Selasa (4/7/2017).

Salah satu alasan kenapa program AUTP itu tak diminati petani karena adanya sejumlah syarat yang rumit. Salah satunya tingkat kegagalan panen minimal harus 75%. Padahal, tingkat kegagalan panen 50% saja petani sudah rugi besar.

“Kalau niat kasih asuransi, ya jangan begitu dong caranya mengakali. Masak menunggu gagal panen 75%. Ini kebijakan niatnya menolong petani apa enggak?” kata dia.

Pada tahun sebelumnya, jelas Samidi, pernah ada petani mencoba mengklaimkan kegagalan panen padinya, namun ditolak dengan alasan sudah melewati batas jatuh tempo. “Ini kan namanya urik-urikan. Makanya, sampai sekarang banyak petani tak meminati lagi ikut program asuransi itu,” terangnya.

Petugas harian Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pertanian Ngemplak, Sri Wasiati, menyebutkan jumlah petani yang mendaftarkan program asuransi di wilayah Ngemplak memang masih sangat sedikit. Data sementara yang masuk, dari 50 hektare kuota lahan pertanian yang dapat asuransi berbayar swadaya, belum ada 10 ha lahan pertanian yang telah didaftarkan.

Data ini pun, kata dia, masih bisa berkurang lagi. “Sementara itu, dari 300 ha lahan pertanian yang dapat asuransi gratis, belum ada 100 ha yang didaftarkan. Saya enggak tahu alasan petani enggak mau daftar,” jelasnya.

Dia menjelaskan nilai pembayaran asuransi lahan pertanian yang berbayar ialah Rp36.000/ha. Pembayaran ini bisa dilakukan kelompok petani ke bank yang ditunjuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya