SOLOPOS.COM - Bayu Ari Purnomo Sidi, pemilik perkebunan Kebun Hijau menunjukkan jambu deli hijau jenis jambu air dari Medan, belum lama ini. (Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)

Pertanian Bantul diramaikan dengan jambu air deli hijau.

Harianjogja.com, BANTUL-Jambu deli hijau tidak hanya marak ditanam di Medan, Sumatera Utara. Varietas terbaru itu juga dikembangkan di perkebunan Kebun Hijau, Jampidan, Banguntapan, Bantul. Selain rasanya menggoda, jambu ini memberi penghasilan yang tinggi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Siapa sangka, jika tanaman buah dalam pot (tabulampot), jambu deli hijau mendatangkan rezeki yang berlimpah. Varietas baru dari jambu air ini memang sedang tren dan banyak dibudidayakan lantaran hasilnya menggiurkan.

Jambu air deli hijau dan merah kesuma dikukuhkan oleh Menteri Pertanian (Mentan) sebagai varietas unggulan asal Sumatra Utara. Hal itu sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 048/ Kpts/ SR.120/ D.2.7/ 5/ 2013 tentang Tanda Daftar Varietas Tanaman Hortikultura yang ditanda tangani oleh atas nama Menteri Pertanian.

Jambu ini yang memiliki kadar kemanisan tinggi tersebut sempat menimbulkan kontroversi di tingkat peneliti dan kalangan tertentu yang meragukan hasil penelitian tersebut. Namun penelitian selanjutnya membuktikan hasil yang sama. Meski tingkat kematangannya masih 20 – 30%, jambu deli hijau memiliki rasa manis yang sangat tajam.

Di Dusun Genengan, Jambidan, Banguntapan, Bantul, Bayu Ari Purnomosidi, menjadi satu-satunya pelaku budidaya jambu jenis ini. Dia memiliki luas lahan 6.000 m2. Bayu merawat lebih dari 2000 pohon jambu madu deli bersama ayah dan tujuh karyawannya sejak 2013 lalu.?

Tanaman ini, kata Bayu, dapat menjadi solusi lahan sempit. Sebab, selain bisa ditanam di dalam pot, masyarakat bisa memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam jambu madu deli.

“Jenis jambu ini bisa dibudidayakan menggunakan pot atau luas lahan yang sempit?,” kata Bayu seraya menunjukkan luas perkebunan jambu miliknya, belum lama ini.

Berbeda dengan jambu lain, jambu deli memiliki ukuran lebih besar. Buahnya, bisa mencapai sekepalan tangan orang dewasa. Rasanya juga manis, tidak berbiji, dengan tekstur daging lebih padat. Itulah alasannya, jambu ini banyak diburu konsumen.

Padahal, harga jualnya jauh lebih tinggi dari jambu lainnya.? Harganya Rp30.000 per kilogram (kg). ?Tak ayal, untuk 200 batang pohon yang berbuah, ia mampu mengantongi Rp50 juta sekali panen?. Sebab, satu pohon bisa berbuah tujuh hingga sepulu kilogram untuk sekali panen dalam tempo tiga bulan.

Keunikan lainnya, jambu deli hijau ini dikenal sebagai tanaman jambu air yang mampu berbuah di usia satu tahun. Deli Hijau juga dikenal sebagai tanaman genjah, atau tanaman yang cepat berbuah.
“Dalam satu tahun, satu pohon bisa dipanen empat kali. Kalau punya ratusan pohon, perawatannya diatur, bisa tiap bulan dipanen. ?Tidak mengenal musim, tapi bisa mendatangkan keuntungan tiap bulan,” ujar Bayu.

Diakui Bayu, perawatan pohon jambu madu deli tidak terlalu rumit. Bayu secara rutin menyemprotkan insektisida agar jambunya tumbuh dengan baik dan sehat. Insektisida hanya dipakai untuk mengusir hama.

Semua mengandalkan pupuk kandang, atau organik. ?Selain itu, pemilik tanaman ini cukup menyiram air setiap hari agar tanahnya basah, diberi pupuk organik secara rutin, serta telaten membuang setiap bunga yang muncul di sela pucuk daun agar buahnya bisa tumbuh besar.

“Saat buah muncul seukuran jempol orang dewasa, harus dibungkus plastik khusus. Ini dilakukan agar terhindar dari lalat buah dan ulat daun. Pohon yang dirawat baik tidak akan tumbuh tinggi,” jelasnya.

Potensi Pasar
Hingga kini, potensi pasar untuk jambu madu deli masih sangat tinggi. Terbukti dengan banyaknya konsumen yang datang ke kebun buah milik Bayu hingga panennya selalu habis sebelum sempat dijual ke luar. Artinya, kebutuhan pasar di Jogja saja cukup tinggi sehingga pasokan sangat terbatas. Itulah salah satu alasan mengapa harga jambu ini cukup tinggi.

“Di DIY baru kami yang punya perkebunan jambu ini. Kami pun membangkan jambu air jenis super green, sekaligus membuat bibitnya,” tandas Bayu.

Dia menjelaskan, banyak toko-toko ritel yang minta disuplai. Di antaranya dari Jakarta dan Surabaya. Tapi saat ini dia belum mampu.

“Jangankan keluar kota, di Jogja saja kami belum bisa menyuplai ke toko atau pedagang buah. Hasil produksi kami masih habis di kebun. Utamanya untuk para tamu dan wisatawan yang ingin melihat dari dekat kebun ini,” katanya. Anda tertarik?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya