SOLOPOS.COM - Petani Srigading terpaksa memanen tanamannya lebih awal lantaran lahannya terendam air, Senin (19/10/2015) siang. (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Pertanian Bantul di pesisir selatan alami genangan air.

Harianjogja.com, BANTUL-Ratusan hektar lahan pertanian di pesisir selatan terendam banjir akibat tersumbatnya mulut muara Sungai Opak. Akibatnya, petani pun terpaksa melakukan panen dini. Dengan begini, kerugian ratusan juta rupiah sontak mengancam para petani yang lahannya terendam tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Parno, salah satu petani pemilik lahan di kawasan Srigading mengakui, banjir yang melanda lahannya sudah terjadi sejak 4-5 hari yang lalu. Akibatnya, ia pun terpaksa memanen tanaman palawijanya yang masih berumur sekitar dua bulan.

“Padahal seharusnya panennya ini masih 2-3 bulan lagi,” katanya saat ditemui Harianjogja.com di lokasi lahan, Senin (19/10/2015) siang.

Diakuinya, kondisi itu kian memperparah hasil produksi pertanian miliknya. Pasalnya, pasca tak maksimalnya panen komoditas bawang merah dan cabai rawit, ia memang berharap banyak pada komoditas palawija. Tapi, kini lahannya justru terendam air laut. Itulah sebabnya, jika tak segera dipanen, ia khawatir air laut yang merendami lahannya justru membuat tanamannya membusuk

Lantaran harus melakukan panen dini, ia pun pesimistis hasil produksi lahannya kali ini melimpah. Diakuinya, dalam kondisi normal, hasil produksi ketela bisa mencapai 2-3 ton. Namun, kini, pihaknya memperkirakan hasil panennya tak lebih dari 2 kuintal saja.

Hal serupa dirasakan pula oleh Subarno, petani asal Dusun Soge, Desa Srigading. Saat ditemui di lahan miliknya, ia pun mengaku harus memanen tanaman kacang tanahnya lebih awal. Dari 4 petak lahan miliknya yang seluas kurang lebih 600 meter persegi, 2 petak di antaranya kini memang sudah terendam air. Di kedua petak itulah, ia terpaksa memanen tanaman kacang tanahnya lebih dini.

Ia khawatir, jika sumbatan di muara Sungai Opak tak segera ditangani, luapan air kian meninggi. Jika hal itu itu terjadi, bisa dipastikan, dua petak lahannya yang lain, yang kini ia tanami cabai, juga akan terendam air. “Saya harap, sumbatan itu segera diatasi. Kalau tidak, ini tanaman cabai saya terancam. Harga cabai sudah murah, jangan sampai saya gagal panen gara-gara banjir,” keluhnya.

Dikatakannya, banjir serupa sebenarnya bukan hal baru bagi petani di pesisir selatan. Banjir rob (pasang air laut) merupakan ancaman yang mereka sadari bisa terjadi kapan saja. Buktinya, sekitar dua bulan lalu, banjir rob juga merendami beberapa petak lahan.

“Tapi ini yang terbesar. Bahkan sejak dua tahun terakhir, ini yang terbesar menurut saya,” timpal Subarno.

Banjir yang merendam ratusan hektar lahan pertanian sepanjang Desa Tirtohargo hingga Desa Srigading itu memang disebabkan oleh tersumbatnya mulut muara Sungai Opak di kawasan Baros, Desa Tirtohargo oleh pasir yang dibawa oleh arus laut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya