SOLOPOS.COM - Ilustrasi Saluran Irigasi (Dok/JIBI)

Pertanian Bantul menghadapi ketersediaan air untuk mengaliri ladang dan sawah yang hanya mencapai 79%.

Harianjogja.com, BANTUL–Kerusakan saluran irigasi di wilayah Bantul sebesar 19% membuat ketersediaan air untuk mengaliri ladang dan sawah hanya mencapai 79% saja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun demikian, prediksi BMKG yang menyebutkan hujan akan mulai turun pada akhir September ini dengan intensitas 50-100 mm/minggu menimbulkan permasalahan baru. Petak sawah yang berada di titik-titik saluran irigasi yang butuh perbaikan tersebut bakal rawan terendam.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Bantul mengatakan untuk mengatasi permasalahan ketersediaan air, pihaknya mengimbau petani melakukan optimalisasi manajemen air terlebih saat musim kemarau ini. Aliran air irigasi digunakan secara bergiliran.

Bagi petani yang sawahnya sudah cukup teraliri air, menurut Pulung hendaknya segera menutup saluran irigasinya dan mengalirkan ke sawah lain. “Kalau misalnya sudah panen ya dindegke [dihentikan alirannya], dikasih [diberikan] ke yang lain,” ucapnya pada Senin (18/9/2017).

Lebih lanjut Pulung menuturkan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan ringan di saluran irigasi, pihaknya menggandeng 75 kelompok Pemberdayaan Petani Pemakai Air (P3A) dan kelompok tani yang ada. Apalagi perawatan saluran irigasi tersier dan sekunder memang menjadi tanggungjawab Diperpautkan.

Terkait potensi sawah dan ladang yang bakal terendam saat hujan mulai turun, Pulung membenarkan ada beberapa titik rawan yang tersebar di 17 kecamatan seluruh Bantul. Maka saat musim kemarau ini, pihaknya mengimbau para petani untuk mulai melakukan normalisasi dan revitalisasi saluran irigasi tersebut agar siap digunakan pada musim penghujan.

Sedangkan untuk lahan yang letak dan topografinya menyulitkan dalam pengaturan air, pihaknya mendorong petani untuk menanam padi dan menghindari palawija. Pulung menyebut pada Oktober mendatang, Diperpautkan siap menyalurkan 10.000 hektare benih padi pada lahan-lahan tersebut. “Misalnya di Kretek dan Klebengan nanti harus ditanami padi, tidak boleh palawija,” ucapnya.

Sementara itu, terkait perbaikan saluran irigasi primer yang menjadi tanggungjawab pihak DPUPKP, Kepala Bidang Sumber Daya Air DPUPKP Bantul Eko Budi Santosa terus digarap secara bertahap. Selain itu, pihaknya juga mengoptimalkan tugas dan fungsi tiga UPT yang ada yakni UPT Bedog Winongo Kecil, UPT Winongo dan UPT Opak Oya untuk melakukan perawatan secara rutin.

Di antaranya pembersihan lingkungan sekitar saluran, pengangkatan sedimentasi dan perbaikan fisik saluran jika terjadi kerusakan minor. “Meskipun kami juga kekurangan personel di UPT,” tuturnya.

Eko menjelaskan mayoritas kerusakan saluran irigasi tersebut disebabkan umurnya yang sudah tua. Apalagi menurutnya berbeda dengan saluran drainase biasa yang tidak selalu dialiri air, saluran irigasi selalu dilewati air selama 24 jam yang menyebabkan fisik saluran rentan keropos.

Selain itu, sering terjadi sedimentasi di saluran irigasi. Sebab air yang berasal dari sungai dan mengalir di saluran irigasi tersebut seringkali membawa pasir halus yang makin lama makin menumpuk dan menyebabkan pendangkalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya