SOLOPOS.COM - Sudarmadji saat memeriksa tanaman padi yang ditanam dengan menggunakan sistem Jarwo Super di Dusun Kangen, Desa Kebonagung, Imogiri, Kamis (15/6/2017). (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Bantul mengembangkan sistem untuk dongkrak hasil panen

Harianjogja.com, BANTUL — Hasil panen dengan sistem jajar legowo (Jarwo) Super di Dusun Kanten, Desa Kebonagung, Imogiri, Bantul diprediksi akan sangat memuaskan. Pasalnya, perkembangan pertumbuhan tanaman padi yang ditanam dengan menggunakan sistem tersebut ternyata berkembang cukup baik pada usia 2,5 bulan.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Seperti diketahui, sistem Jarwo Super pertama kali diterapkan di DIY pada luasan lahan 3 hektar di wilayah tersebut. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DIY berencana akan menerapkan sistem ini kepada lahan pertanian lain di Yogyakarta.

Dalam workshop yang digelar BPTP DIY, Plh Kepala BPTP DIY Budiono menyebutkan sistem Jarwo Super tersebut sebelumnya sudah diuji coba di Subang, Jawa Barat. Hasil uji coba di Subang tersebut setiap hektarnya bisa menghasilkan hingga 12 ton gabah. Oleh karena itulah, pihaknya berharap jika sistem ini sudah benar-benar berhasil, bisa diterapkan seluruh lahan pertanian padi di DIY.

Ekspedisi Mudik 2024

“Karena itulah kita undang penyuluh pertanian seluruh DIY untuk belajar bareng penerapan sistem ini,” sebutnya Kamis (15/6/2017).

Lebih jauh, Kasi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian BPTP DIY, Arlyna Budi Pustika menjelaskan sistem yang diterapkannya merupakan jajar legowo 2:1. Yakni penanaman dengan memberikan jarak lebih lebar setiap dua baris tanaman padi.  Selain itu yang membedakan dengan sistem Jarwo lainnya, Jarwo Super memungkinkan pemberian pupuk hayati agrimeth sebelum penyemaian benih. Mikroba yang dikandung oleh agrimeth menurut Arlyna dapat meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah karena menghasilkan zat pemacu tumbuh tanaman.

“Jarwo itu ada yang 4:1 dan 6:1, yang kita terapkan adalah 2:1 dengan memberikan agrimeth pada benihnya,” terang Arlyna.

Ia menambahkan, mulai penanaman hingga panen pada sistem ini sudah menggunakan alat modern. Salah satunya transplanter yang dipakai oleh Bupati Bantul pada gerakan tanam akhir Maret 2017 yang lalu. Sebelumnya petani di daerah ini sudah diberikan pembekalan untuk menggunakan paralatan tersebut. Dengan bantuan alat dari pemerintah, Arlyna yakin sistem pertanian modern ini bisa diaplikasikan dengan mudah.

“Bahkan petani disini sudah memodifikasi rodanya [transplanter] menyesuaikan tempatnya biar tidak tenggelam,” jelasnya.

Diperkenalkan Sejak 1990-an

Sementara Peneliti Senior BPTP DIY Sudarmaji menerangkan sistem jarwo ini pertamakali ditemukan pada era 90-an. Sistem ini bermula pada minapadi, sehingga jarak penanaman padi diatur agar ikan bisa masuk diantara tanaman padi. Sistem ini ternyata memberi efek border pada tanaman, dimana sinar matahari lebih merata diterima batang tanaman. Hal ini membuat pertumbuhan lebih cepat dan maksimal.

“Saya ikut dalam prosesnya waktu itu, hingga akhirnya kita menyepakati sistem 2:1 ini paling efektif untuk dilakukan,” ungkapnya.

Sudarmaji menambahkan,  untuk lebih memaksimalkan hasilnya dia menyarankan agar petani menanam dengan melawan arah sinar matahari. Artinya baris padi mengarah ke barat dan timur sesuai arah matahari. Namun begitu diakuinya petani di Jawa masih belum banyak yang mengaplikasikan hal ini. Padahal dengan banyaknya sinar matahari diantara tanaman padi, akan membuat kelembabannya menurun. Tentu kondisi tersebut tidak disukai oleh hama pengganggu.
“Jangankan wereng, tikus pasti tidak akan ganggu tanaman yang berada di sisi terang. Makanya kalau ada tikus pasti makan dari tengah dulu baru ke pinggir,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya