SOLOPOS.COM - Cabai rawit merah di Pasar Beringharjo, pasokan mulai kembali normal dan harga di pasaran berasur turun sejak, Jumat (10/3/2017). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Bantul, harga cabai di tingkat petani terbilang rendah

Harianjogja.com, BANTUL — Harga cabai rawit di tingkat petani anjlok hingga Rp7.000 per kilogram dari Rp125.000 pada dua bulan yang lalu. Petani menggantungkan harga stabil pada mekanisme lelang yang dilakukan saat panen raya tiba.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seorang petani di Dusun Soge, Susanto mengatakan lelang hasil panen cabai berjalan hampir lima tahun dan dilakukan saat musim panen raya tiba. Namun, proses lelang pada musim panen kali ini urung dilakukan karena luas lahan cabai yang memasuki masa panen ternyata belum seberapa.

“Yang panen biasanya petani yang nanam duluan,” ujarnya pada Senin (14/8/2017).

Ia memperkirakan panen raya cabai masih sekitar satu setengah bulan lagi, lantaran mayoritas lahan ini ditanami cabai secara serempak. Menurut dia ketika harga cabai jatuh di titik terendah, sistem lelang ini cukup membantu pada petani. Lantaran harga yang ditawarkan pengepul peserta lelang selalu di atas harga pasaran.

“Pengepul berani ambil tinggi karena sudah punya pasar di kota-kota besar,” ungkapnya.

Biasanya, Susanto menambahkan lelang diadakan seminggu sekali atau bahkan tiga hari sekali. Tergantung banyaknya suplai cabai dari para petani. Ia menyebut ada kelebihan dan kekurangan dalam sistem ini. Kelebihannya petani tetap dapat mendapatkan keuntungan di tengah anjloknya harga di pasaran. Bahkan, para petani yang tak ikut lelang pun merasakan efek positifnya. Harga jual di pasaran mengacu hasil lelang terakhir. Namun sayangnya pembayaran hasil lelang ini sering tertunda hingga lelang selanjutnya diadakan.

Petani cabai di Pantai Samas, Mugari juga sempat mengeluhkan turun drastisnya harga cabai rawit merah ini. Menurutnya dengan harga Rp7.000 per kilogram, hanya cukup membayar buruh untuk panen cabai.

“Kalau panen 10 kilo hanya dapat Rp70.00. Bayar buruh petik Rp50 ribu sisanya tinggal Rp20.000,” keluhnya.

Padahal dengan luasan lahannya yang mencapai 1.000 meter persegi, ia mengeluarkan biaya hingga Rp5 juta dari mulai tanam hingga siap panen.

Terpisah, Kepala Diperpautkan Pulung Haryadi menyatakan tak kaget atas anjloknya harga cabai pada musim panen raya kali ini. Menurutnya itu merupakan siklus yang terjadi setiap musim panen tiba. Ia menyebut ada 200 hektare lahan yang ditanami cabai yang tersebar di sejumlah kecamatan. Praktis hasil panennya bakal melimpah. Kelebihan stok cabai ini juga makin diperparah dengan program penanaman 18.000 cabai beberapa bulan lalu.

Maka, menurut Pulung, pihaknya hanya bisa berharap pada sistem lelang. Kendati demikian, ia menyebut pedagang yang tertarik mengikuti lelang masih minim. Padahal, lelang bertujuan untuk menyelamatkan harga jual cabai.”Kami dorong terus agar lelang jalan,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya