SOLOPOS.COM - Sejumlah petani melakukan perisiapan saat akan melakukan tanam padi di acara pencanangan persiapan musim tanam 2016/2017, di Dusun Bulak Srunggo II, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Bantul pada Rabu (14/12/2016).(Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Bantul diantisipasi dari gagal panen dengan pembagian pedoman tanam

Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Kabupaten Bantul memberikan pedoman tanam bagi setiap kelompok tani di setiap desa di Bantul. Hal itu guna mencegah terjadinya gagal panen akibat kekurangan air ataupun kelebihan air saat musim hujan tiba.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Pelaksana Tugas Kepala Dispertahut Kabupaten Bantul, Pulung Hariyadi mengatakan pedoman tanam untuk memberikan pengetahuan tata tanam yang tepat bagi petani.

“Untuk mengetahui komoditas tanam apa, berapa jumlah air yang diperlukan, varietas apa yang tepat,” ujar Pulung kepada wartawan  saat mengahadiri pencanangan persiapan musim tanam 2016/2017, di Dusun Bulak Srunggo II, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Bantul pada Rabu (14/12/2016).

Adanya pedoman tanam bagi petani menurutnya akan dapat mengurangi resiko tanaman terhadap hama. Dia juga menilai ketersediaan air melalui saluran irigasi untuk pertanian dapat diperhitungkan dengan adanya pedoman tanam tersebut.

Selain itu, pedoman tanam juga dinilainya akan dapat meminimalisir terjadinya gagal panen. Sebab beberapa waktu lalu gagal panen sempat dialami sejumlah petani di Bantul akibat tingginya curah hujan.

Banyak di antara petani menanam tanamanan yang tidak tahan terhadap genangan air. Sehingga dengan adanya pedoman tanam, saat curah hujan tinggi petani disarankan untuk menanam padi yang tahan terhadap genangan air.

“Kalau airnya banyak berarti tanamnya bukan palawija tapi padi,” kata Pulung.

Namun selama ini menurutnya masih saja ada sebagian petani yang menanam palawija saat curah hujan tinggi. Sehingga melalui kelompok tani di setiap desa, dia berharap tanaman yang ditanam dapat diseragamkan dan tentunya sesuai dengan pedoman tanam yang telah diberikan.

Menurut Pulung, setiap desa di Bantul memiliki pedoman tanam yang berbeda-beda. Pasalnya, kondisi geografis membuat sejumlah desa menjadi tergenang saat musim hujan, sehingga pola tanamnya harus disesuaikan.

Selain itu ada pula sebagian desa yang malah rentan terhadap kekeringan, sehingga pedoman tanamnya akan bertolak belakang dengan daerah  yang rawan genangan saat musim hujan.

Dia mencontohnya Desa Selopamiro merupakan salah satu desa yang ketersedian airnya cukup minim. “Sekarang aja ada air, ke depan belum tentu ada air di Selopamioro,” ujar dia.

Sementara itu, Bupati Bantul Suharsono dalam sambutannya menyatakan pedoman tanam merupakan salah satu faktor penunjang terwujudanya swasembada pangan di Bantul. Dengan adanya pedoman tanam diharapkan juga produktifitas menjadi meningkat.

Kendati telah ada pedoman tanam, menurutnya semua pihak termasuk petani dan pemerintah harus siap siaga dalam mengantisipasi daerah-daerah yang rawan banjir, kekeringan dan rawan organisme penganggu tanaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya