SOLOPOS.COM - Petani di Dusun Plumbungan, Sumbermulyo, Bambanglipuro membakar tanaman cabai keriting, Kamis (22/10/2015), lantaran anjloknya harga komoditas ini di Bantul. Petani tidak dapat menjual cabai dengan harga tinggi ke wilayah Sumatra lantaran bencana asap. (JIBI/Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Pertanian Bantul ikut merasakan dampak kebakaran di Sumatra.

Harianjogja.com, BANTUL– Puluhan kuintal cabai dari Dusun Plumbungan, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul tidak dapat dikirim ke Sumatra lantaran bencana kabut asap. Cabai terpaksa dijual di Bantul dengan harga murah.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Petani cabai di Dusun Plumbungan Prawoto mengungkapkan, sejak sebulan terakhir petani di wilayahnya tidak dapat menjual cabai ke Sumatra.

“Bisanya cabai-cabai ini kami jual ke Sumatra, Riau dan Batam,” papar Prawoto, Kamis (22/10/2015).

Namun karena bencana kabut asap melanda wilayah Sumatra, pengiriman cabai ikut terganggu. Alhasil, puluhan kuintal cabai itu hanya dijual di dalam daerah dengan harga murah. Saat ini satu kilogram cabai dijual hanya Rp5.000 per kilogram, sedangkan bila dijual ke Sumatra harganya mencapai puluhan ribu rupiah per kilogram.

Biasanya saat sekali panen, Prawoto dapat menjual sekitar dua kuintal cabai ke Sumatra. Saat ini kata dia, ada sekitar satu hektare lahan cabai di Plumbungan yang siap panen, namun tertahan tidak dapat dikirim ke Sumatra.

Anjloknya harga cabai mengakibatkan petani merugi. Harga jual tersebut tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan.

“Di tempat adik saya saja sudah keluar biaya hampir Rp40 juta, tapi pendapatan baru Rp5 juta,” jelasnya.

Lantaran bangkrut, petani membiarkan begitu saja lahan cabai mereka. Kondisi ini dialami puluhan petani cabai di wilayahnya. Sementara bila dipanen, petani harus membayar upah pemetik cabai. Di sisi lain kata dia, warga kesulitan mencari buruh tani pemetik cabai.

Terpisah Budi, petani cabai lainnya mengatakan, baru panen cabai ke delapan kali dari total panen sebanyak 12 kali. Namun ia memutuskan membakar sisa lahan cabai miliknya lantaran harga anjlok.

“Kalau terus dipanen harus bayar pemetik cabai. Sekilo cabai saja upahnya Rp3.000,” ungkap Budi. Ia mengklaim tidak sanggup menutupi biaya produksi cabai yang membutuhkan dana puluhan juta rupiah. Sementara bila dibakar, ia tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk panen cabai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya