SOLOPOS.COM - Uji pasar BBM Pertalite di SPBU kawasan Gedebage, Bandung, Jumat (24/7/2015). (Rachman/JIBI/Bisnis)

Pertamina rugi sekitar Rp12 triliun akibat penjualan solar dan premium.

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah mengaku telah mengantongi stategi untuk menutup kerugian PT Pertamina (Persero) yang ditaksir mencapai Rp12 triliun akibat penjualan BBM jenis Solar dan Premium sepanjang 2015.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengakui kerugian tersebut memang telah terjadi. Pasalnya, harga BBM yang ditetapkan Rp7.300/liter untuk premium dan Rp6.900/liter sempat menyentuh di bawah harga keekonomian.

“Nanti pasti ada caranya. Pakai price moving,” ujar Bambang di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (27/7/2015).

Perubahan Harga Berkala

Perubahan harga jual BBM tersebut, lanjutnya, akan dilakukan secara berkala. Adapun periode penyesuaian harga mengarah pada siklus per enam bulan. Siklus penyesuaian harga BBM tersebut dinilai lebih ramah inflasi.

“Penyesuaian harga per enam bulanan itu memperhatikan inflasi. Tahun ini perkiraan kita inflasi 4%-4,5%,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri BUMN Rini Soemarno menilai operasional Pertamina harus dilihat secara menyeluruh, tidak hanya pada tugas sebagai penjual BBM Premiun dan Solar yang menyebabkan perseroan menanggung rugi Rp12 triliun.

“Karena Pertamina kan operasioanal secara menyeluruh, bisa ada kerugian di sini, ada keuntungan di tempat lain. Kita melihat secara pasar, secara menyeluruh tentunya karena itu fungsinya Pertamina,” kata Rini.

Berdasarkan catatan, Pertamina menderita kerugian Rp600/liter Premium yang dikonsumsi oleh masyarakat. Kerugian tersebut ditanggung akibat penetapan harga jual yang dipertahankan sejak 28 Maret 2015.

Adapun formulasi penetapan harga BBM utamanya dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang mengacu pada Means of Platts Singapore (MOPS), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, ongkos penyimpanan, distribusi, marjin, dan pajak bahan bakar.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja mengatakan Pertamina merugi sekitar Rp12 triliun akibat penjualan Solar dan Premium di bawah harga keekonomian.

“Perlu dipikirkan mekanisme pemberian kompensasi bagi Pertamina atas kerugian tersebut. Apakah nanti lewat APBN atau lewat pengumpulan dana yang disebut Oil Fund,” ujar Wiratmaja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya