SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

SEMARANG-PT Pertamina Wilayah Jateng dan DI Yogyakarta memastikan sudah siap dengan infrastruktur untuk mendukung larangan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada kendaraan pelat merah, yang akan diberlakukan di wilayah itu mulai 1 Agustus 2012.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Demikian pula dengan larangan bagi mobil barang dan angkutan khusus kegiatan perkebunan dan pertambangan untuk menggunakan solar bersubsidi mulai 1 September. Dari 698 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jateng dan DIY, sebanyak 528 SPBU atau 76% di antaranya telah menyediakan BBM jenis pertamax.

Hal tersebut diungkapkan General Manager Fuel Retail Marketing (FRM) PT Pertamina Wilayah Jateng dan DIY, Rifky E Hardijanto, saat acara media gathering di Semarang, Jumat (22/6).

“Pembatasan BBM bersubsidi ini kan merupakan amanah agar masyarakat belajar berhemat, dimulai dari pemerintah. Tugas kami ya menyiapkan infrastrukturnya, yakni dengan mendorong sebanyak mungkin SPBU untuk menyediakan pertamax,” jelas Rifky.

Ditanya soal sanksi bagi SPBU yang tidak mau menyediakan pertamax, Rifky tidak menjawab secara pasti. Namun yang jelas, menurutnya akan kompensasi-kompensasi tertentu bagi SPBU yang mau menyediakan pertamax.

Selain menyiapkan infrastruktur, Rifky mengatakan pihaknya juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai upaya penghematan BBM dimaksud. Tujuannya, masyarakat mau beralih menggunakan BBM non subsidi yang sudah disediakan oleh SPBU.

Sesuai tema media gathering yang berlangsung hingga Sabtu (23/6/2012) itu, Rifky memaparkan materi mengenai Peran Pertamina terhadap Ketahanan Energi Nasional. Diungkapkannya kondisi ketahanan energi nasional yang kritis dengan cadangan minyak yang sudah terbukti hanya empat miliar barrel, atau telah berkurang sebanyak delapan miliar barrel dibandingkan posisi tahun 1994 sebanyak 12 miliar barrel.

Produksi minyak saat ini hanya 860.000 barrel/hari sedangkan konsumsi mencapai 1,3 juta barrel/hari. Dengan kondisi itu, cadangan minyak yang ada diperkirakan hanya cukup untuk 10 tahun. “Inilah mengapa diperlukan upaya-upaya penghematan di samping upaya-upaya lain untuk mencari energi alternatif yang terbarukan,” jelas Rifky, kepada wartawan dari berbagai media masa cetak dan elektronik di Jateng dan DIY.

Mengenai upaya-upaya pengembangan usaha, Pertamina terus meningkatkan dan menumbuhkan ekspansi di antaranya pemanfaatan geotermal atau panas bumi untuk pembangkit listrik, dan bidang aviasi atau pelayanan bahan bakar pesawat yang diklaim mengalami pertumbuhan paling tinggi di dunia, yakni mencapai 32%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya