SOLOPOS.COM - Jumali, jurnalis Harian Jogja, saat diperiksa di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu, Sabtu (27/4) malam. (JIBI/Harian Jogja/JIBI/Arief Junianto)

Jumali, jurnalis Harian Jogja, saat diperiksa di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu, Sabtu (27/4) malam. (JIBI/Harian Jogja/JIBI/Arief Junianto)

SOLO—Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Solo mengecam tindakan kekerasan terhadap Jumali, wartawan Harian Jogja (Harjo), Grup Media SOLOPOS.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam siaran persnya, Ketua Aji Solo, Danang Nur Ihsan mengatakan, Jumali yang sedang melakukan peliputan dilindung UU No 40/1999 tentang Pers.

“Sesuai UU tidak ada yang boleh menghalang-halangi tugas jurnalis. Kekerasan terhadap jurnalis jelas bertentangan dengan UU Pers. Kekerasan ini juga mencoreng wajah sepak bola Indonesia,” tegasnya, Sabtu (27/4/2013).

AJI juga menyayangkan sikap panitia pertandingan yang tidak responsif karena peristiwa terjadi di tribune media yang seharusnya steril dari suporter.

AJI mendesak aparat kepolisian mengusut kasus itu dan menerapkan UU Pers dalam kasus itu. AJI Solo berharap kasus serupa tidak akan terulang lagi.

Sebelumnya Pasoepati melalui juru bicaranya, Amir Tohari meminta maaaf terkait insiden tersebut bila suporter yang melakukan pemukuhan terhadap Jumali merupakan anggota Pasoepati.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Jurnalis Harian Jogja (Grup Media SOLOPOS), Jumali, menjadi salah satu korban pemukulan yang dilakukan oleh suporter saat pertandingan antara Persis versus PSIM, di Stadion Manahan Solo,  Sabtu (27/4/2013) sore.

Jumali mengalami lebam di pipi sebelah kanan. Kejadian berlangsung cepat, sehingga Jumali yang sehari-hari bertugas di Desk Olahraga Harian Jogja tak mengenali wajah sang pemukul.

“Saat itu saya berada di tribun media.  Saya sedang duduk menyaksikan pertandingan. Tiba-tiba dari belakang ada suporter yang menjotos pipi sebelah kanan. Ya, pipi saya lebam,” kata Jumali ketika dihubungi  Solopos.com, Sabtu.

Jumali mengatakan orang yang memukul tersebut mengenakan atribut suporter Pasoepati.  Begitu dipukul, dia kemudian berdiri. Si pemukul bersama satu orang lainnya yang mengenakan jumper warna hitam kemudian meminta  kartu identitas penduduk (KTP)-nya.

“Saat itu saya juga memakai ID Card wartawan Harian Jogja. Lalu saya tunjukkan KTP saya. KTP saya ka Demak, setelah itu KTP itu dikembalikan dan orang itu pergi,” ujarnya.

Disebutkan dia, tak hanya dirinya yang dipukul, sopir PSIM Nur Ali Widodo juga dipukul di pelipis kiri. “Jadi orang yang memukul saya itu sama dengan yang memukul mas Jumali. Habis memukul mas Jumali, saya dipukul,” jelas Nur Ali ketika dihubungi Solopos.com.

Disebutkan Jumali, kejadian yang berlangsung cepat itu membuat dia mengenal persis wajah pelaku. “Yang jelas mereka satu memakai jumper hitam dan juga ada yang pakai atribut Pasoepati,” kata dia.

Setelah kejadian itu, Jumali  kemudian bersama teman-teman wartawan ke ruang VIP. “Saya sudah menjelaskan kejadian yang saya alami ke Panpel. Tapi sampai sekarang belum ada respons,” jelasnya.

Dia menyayangkan kerja Panpel, lantaran tribun bagi insan pers yang seharusnya steril bisa bercampur dengan suporter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya