SOLOPOS.COM - Suporter Persis Solo, Pasoepati menyalakan kembang api saat laga persahabatan Persis Solo melawan PSPS Pekan Baru di Stadion Manahan, Solo, Minggu (23/2/2014). Persis berhasil menang dengan skor 2-1. (JIBI/Solopos/Septian Ade Mahendra)

Solopos.com, SOLO–Persis Solo meraih kemenangan dramatis saat menjamu PSPS Pekanbaru, di Stadion Manahan Solo, Minggu (23/2/2014) sore.

Laskar Sambenyawa mengemas dua gol buah tendangan Ferry Anto (52’) dan Marcello Cirelli (86’). Sementara, Asykar Bertuah, julukan PSPS, hanya mampu menceploskan satu gol lewat tendangan Ifrawadi (66’).

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Tuan rumah nyaris ditahan imbang tamu tangguhnya, kalau saja tak mendapatkan kado tendangan penalti di empat menit terakhir pertandingan. Pada menit ke-85, gelandang Persis, Tinton Suharto, terjatuh di kotak terlarang lantaran diadang dua pemain PSPS saat hendak menggiring bola ke gawang lawan.

Meski tak tampak seperti sebuah pelanggaran yang disengaja, wasit pertandingan babak kedua, Rumi Iqbal, tetap menghadiahi tendangan penalti bagi Laskar Sambernyawa.

Algojo Persis, Cirelli, berhasil menyelamatkan muka tim besutan Widyantoro itu dengan tambahan satu gol pamungkas lewat tendangan penalti.

Keputusan wasit sempat membuat para penggawa Asykar Bertuah melancarkan protes keras. Dengan komando eks defender Persis versi Liga Premier Indonesia Sportindo (LPIS), Nnana Onana, seluruh pemain PSPS meninggalkan lapangan sebagai wujud kekecewaan.

Beruntung, emosi tamu ketujuh Laskar Sambernyawa dapat diredam sehingga pertandingan kembali berlanjut.

“Kami kecewa, bukan karena kalah tapi karena wasit yang tidak bisa bersikap fair. Semestinya jangan memaksakan kemenangan di kandang sendiri, itu tidak sehat untuk sepak bola Indonesia,” cecar Pelatih Kepala PSPS, Philip Hansen Maramis, saat dijumpai wartawan seusai pertandingan.

Protes

Protes keras kepada wasit Rumi Iqbal bukan kali pertama itu terjadi. Satu menit sebelum dihadiahi penalti, Ferry Anto, juga nyaris terlibat bentrok fisik dengan wasit. Kapten tim andalan Kota Bengawan itu kecewa karena wasit tidak memberi hadiah sepak pojok.

Saat itu, Ferry yang ditubruk pemain PSPS terjungkal di sisi kanan gawang lawan dan bola keluar lapangan. Namun, wasit tidak menilai kejadian itu sebagai sebuah pelanggaran.

Akibat insiden itu, Ferry diganjar kartu kuning. Pertandingan kembali berlangsung hingga Laskar Sambernyawa mendapatkan hadiah penalti yang sedikit janggal satu menit kemudian.

“Seharusnya, pemain yang melawan wasit seperti tadi diganjar kartu merah. Tapi dia [Ferry] hanya mendapatkan kartu kuning,” tandas Philip.

Kendati kecewa atas keputusan wasit, Philip mengaku legawa menerima hasil pertandingan hari ini. Sebab, dia telah mewujudkan target utama lawatan PSPS ke tanah Jawa kali ini, yakni penjaringan pemain dan pengujian mental serta strategi bertanding.

Terpisah, Arsitek Utama Persis Solo, Widyantoro, justru mengaku kurang puas atas performa anak-anak didiknya sore itu. Pasalnya, Laskar Sambernyawa belum pernah sekalipun melewati laga uji tanding tanpa kebobolan.

“Setiap kali main, gawang Persis selalu kemasukan dan golnya pun karena bola-bola yang sepele. Selalu anak-anak tidak fokus melihat bola, seharusnya mereka lebih siap menerima bola-bola servis,” tegas dia.

Menurut pelatih muda asal Magelang itu, persoalan koordinasi antar lini masih menjadi sandungan utama dalam timnya. Di babak pertama, Wiwid, sapaan akrab Widyantoro, sempat menerapkan pola anyar, 4-2-3-1. Namun, dia langsung mengembalikan formasi ke pakem lawas, 4-4-2, di babak kedua karena permainan tak jua berkembang.

“Saya pikir masalahnya hanya dikoordinasi. Saya sempat memakai pola baru tapi enggak jalan, jadi ya saya ganti ke pola lama di babak kedua dan anak-anak berhasil bikin gol,” jelas dia.

Ditanya soal insiden yang sempat terjadi, Wiwid menuturkan memang kurang srek dengan keputusan-keputusan yang diambil wasit. Menurutnya, selisih paham soal aturan pertandingan bukan hanya kali ini terjadi.

“Sejak lawan Persiku kemarin, saya sudah sempat memprotes wasit yang itu [Rumi]. Tadi kan jelas-jelas seharusnya Ferry mendapat sepak pojok, tapi waktu saya protes malah dibentak,” ulas dia.

Meski demikian, dia mengakui bahwa para pemainnya terlalu emosional saat melancarkan protes. “Ferry memang salah, tapi mungkin dia terlalu kecewa karena kejadian seperti ini bukan hanya sekali terjadi. Sebelumnya, pemain PSPS juga hands ball tapi dibiarkan,” tutup Wiwid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya