SOLOPOS.COM - Suporter Persis Solo Pasoepati saat beraksi di Stadion Manahan Solo. JIBI/Solopos/Dok

Persis Solo bakal menerapkan peraturan tegas ke supporter.

Solopos.com, SOLO – Problem hooliganisme memang dikenal di Inggris. Namun masalah fanatisme kelompok supporter yang berakibat pada bentrok antarpendukung itu juga merongrong Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Begitu pula yang terjadi di Kota Solo dengan Persis dan kelompok suporternya, Pasoepati. Selain bentrok antarpendukung, aksi tak terpuji seperti yel-yel bernada ofensif, melempar benda ke lapangan hijau hingga penyalaan flare terkadang masih ditemui saat laga di kandang Persis, Stadion Manahan.

Publik bola Kota Bengawan tentu masih ingat saat Solo dihukum tidak boleh menggelar pertandingan sepak bola selama enam bulan akibat kerusuhan antara suporter dan polisi tiga tahun silam. Kejadian saat laga Persis melawan Martapura FC itu juga mengakibatkan seorang Paseopati, Joko Riyanto, meninggal dunia.

“Kami tak ingin hal semacam itu terjadi lagi,” ujar Hari Purnomo, Manajer Persis, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (7/2/2017).

Tak ingin berpangku tangan, manajemen mulai beraudiensi dengan para pendiri Pasoepati. Pertemuan Hari dengan sejumlah sesepuh Pasoepati pekan lalu menghasilkan wacana yang cukup berani. Klub bakal berinisiatif melarang suporter yang bertindak rasis dan anarkis masuk stadion dalam jangka waktu tertentu.

“Kalau tidak ada sanksi, tim juga yang rugi. Kami bisa kena denda atau bertanding tanpa suporter dari PSSI [jika suporter membuat kerusuhan]. Itu sama saja mengorbankan pemasukan tim,” ujarnya.

Jika melongok pasal 59 Kode Disiplin PSSI, hukuman untuk tindakan buruk dan diskriminatif memang tidak main-main. Klub bisa terkena sanksi denda sedikitnya Rp200 juta akibat penonton yang berulah. Penonton atau suporter juga bisa dilarang memasuki stadion selama enam bulan.

“Kami akan menjajaki perjanjian dengan suporter. Ini untuk mendewasakan mereka juga,” kata Hari.

Wakil Presiden Pasoepati, Ginda Ferachtriawan, menyambut terobosan yang ingin dilakukan manajemen. Ginda menilai Pasoepati yang genap berusia 17 tahun pada Kamis (9/2/2017) memang sudah saatnya lebih dewasa. Menurut dia, pendewasaan hanya pepesan kosong jika tidak dibarengi hukuman.

“Melarang suporter rusuh masuk stadion bisa menjadi sanksi moral yang tepat. Tempel saja muka-muka mereka di pintu masuk stadion,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di Gedung DPRD Solo.

Dengan anggota yang diperkirakan mencapai 15.000 orang, Ginda mengakui bukan hal mudah untuk membina Pasoepati. Dia berencana merealisasikan kartu tanda anggota (KTA) untuk memudahkan koordinasi dengan suporter akar rumput.

“Kami juga berencana masuk ke sekolah-sekolah untuk menyebar virus suporter santun. Kami populerkan lagi lagu-lagu lawas Pasoepati yang tidak frontal tapi tetap sarat fanatisme.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya