SOLOPOS.COM - Ribuan supporter Persis Solo, Pasoepati saat menyaksikan pertandingan di Stadion Manahan Solo. (JIBI/dokumentasi)

Persis Solo melakukan lelang panpel.

Solopos.com, SOLO – Kebijakan manajemen Persis Solo melelangkan panitia pelaksana (panpel) pertandingan menuai kritikan dari anggota senior Pasoepati, Prapto Koting. Dia menganggap kebijakan melelangkan pertandingan itu akan membuat panpel berorientasi pada profit yang bakal memberatkan anggota Pasoepati.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

[Baca: Mayor Haristanto Dilengserkan dari Jabatan Ketua Panpel]

“Efeknya sudah terasa. Untuk tiket laga uji coba [kontra Persatu Tuban] saja harganya Rp20.000 hingga Rp100.000. Itu sama dengan harga tiket pertandingan resmi sebelumnya. Bisa jadi, ke depan harga tiket pertandingan resmi semakin naik. Dampaknya, anggota Pasoepati harus merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli tiket,” jelas Prapto kepada Solopos.com, Sabtu (17/6/2017).

Prapto menyadari kebijakan untuk melelangkan panpel pertandingan menjadi tanggung jawab dan wewenang manajemen klub. Dia menyayangkan manajemen klub yang berlatang belakang anggota Pasoepati justru membuat kebijakan yang memberatkan anggota Pasoepati.

“Keinginan suporter itu tim yang didukung bisa menang. Suporter ingin mendapat kemudahan dalam mendapatkan tiket. Syukur tiketnya lebih murah supaya semakin banyak suporter yang datang ke stadion,” paparnya.

Apabila ada keributan suporter, kata Prapto, manajemen bisa saja cuci tangan karena jalannya pertandingan menjadi tanggung jawab panpel yang sudah mandiri. Manajemen klub, kata dia, bisa jadi bakal menyalahkan panpel apabila terjadi keributan.

“Panpel pun lalu akan menyalahkan suporter. Sama seperti PSSI yang tidak mau bertanggung jawab apabila ada keributan suporter. Biasanya PSSI akan menyalahkan pihak klub yang tidak bisa membina suporter. Kalau pertandingan sudah dilelang, bisa jadi panpel yang diminta bertanggung jawab bila terjadi keributan,” papar Prapto.

Prapto lebih sepakat bila panpel pertandingan menjadi bagian dari manajemen. Menurutnya, panpel seharusnya menjadi bagian terpenting dari klub yang bertugas menggali dana melalui penjualan tiket. “Tiket penonton itu menjadi sumber pemasukan terbesar klub. Alangkah lebih baik bila penjualan tiket itu dikelola sendiri melalui panpel, bukan dipihakketigakan dengan cara dilelang,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya