SOLOPOS.COM - Johan Manaji (JIBI/Harian Jogja/Arif Wahyudi)

Persiba Bantul dan sejumlah klub tengah susah merasakan kevakuman kompetisi di Indonesia.

Harianjogja.com, BANTUL-Gelandang Persiba Bantul Johan Manaji menjadi salah satu pemain yang cukup beruntung di tengah vakumnya kompetisi sepak bola Tanah Air saat ini. Di saat semua pemain pusing tujuh keliling merasakan pahitnya tak ada kompetisi, Manaji tetap santai menghadapinya. Apa yang diperbuat Manaji?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Nama Manaji kini termasuk salah satu pegawai di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Dia kini menjadi salah satu pegawai honorer yang mengurusi bidang administrasi di rumah sakit berpelat merah itu.

Keputusan Manaji untuk bekerja di RSUD Panembahan Senopati, setahun silam cukup tepat. Dengan begitu, pemain berpostur mungil ini tetap memiliki kesibukan di saat semua klub, termasuk timnya Persiba Bantul memutuskan membubarkan diri.

“Saya bekerja di rumah sakit ini sejak sewaktu masih bermain di Persiba. Jadi alhamdulillah saat ini masih ada kesibukan saat enggak ada kompetisi,” ujar remaja kelahiran Bantul, 28 Juni 1989 itu kepada Harianjogja.com, Senin (15/6/2015).

Dengan kondisi itulah, Manaji tak tertarik sama sekali untuk mencari penghasilan tambahan lewat turnamen antarkampung atau Tarkam. Dia masih memperhitungkan risiko cedera yang akan dialamai di Tarkam. Sementara harapan untuk tetap bermain di kompetisi profesional masih ia miliki.
Anak pasangan Erlan Sarjuni dan Ngatimah itu juga cukup beruntung bisa mengabdi di dunia profesi medis.

Pasalnya, Manaji hanya tamatan SMA, namun dia cepat menyesuaikan diri sehingga tetap bisa mengerjakan beban tugas di rumah sakit.

Punya prestasi membanggakan untuk mengangkat Bumi Projo Tamansari membuat Pemkab Bantul mencarikan pekerjaan di RSUD Panembahan Senopati.

Sewaktu kompetisi masih berjalan, dia selalu memanajemen waktu. Punya dua tugas, sebagai pemain Persiba dan pegawai rumah sakit sehingga begitu menyita waktu.

Jebolan SMA Negeri 1 Bantul itu tak ingin salah satu di antara dua pekerjaan itu dia korbankan.

“Kebetulan di rumah sakit ini kan saya enggak masuk di bagian pelayanan umum. Jadi waktu latihan rutin bersama Persiba bisa saya sesuaikan,” tandasnya.

Termasuk ketika Laskar Sultan Agung, julukan Persiba, harus melakukan pertandingan tandang. Di situlah profesional Manaji diuji. Namun selama setahun ini dia bisa dengan mulus bisa menjalani double job yang sangat memiliki perbedaan sangat kontras dalam praktik menjalaninya.

Manaji sebenarnya juga sempat merasakan bangku kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Sayang dia hanya bisa bertahan hingga tiga semester saja. Dia harus mandek kuliah karena padatnya kompetisi sepak bola waktu itu. Justru saat bekerja, Manaji malah bisa membagi waktu secara efektif.

Anak bungsu dari dua bersaudara itu memang punya dedikasi besar di Persiba. Dia menjadi talenta lokal Bantul yang ikut mempersembahkan gelar juara Divisi Utama, 2011 lalu. Sebuah penghargaan prestisius sepanjang sejarah Persiba menapaki kompetisi sepak bola Tanah Air.

Dari dedikasi itulah hingga akhirnya membuat Pemkab membantunya untuk dapat bekerja di RSUD Panembahan Senopati.

Sebuah kondisi yang sangat membantunya di saat upaya mencari nafkah lewat jalur lapangan hijau sedang buntu seperti saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya