SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ratusan orang berdandan mengikuti kirab. Mereka berjalan dari masjid menuju padepokan yang terletak di dekat Sendang Pelepoh, Dusun Gunting, Gilangharjo, Pandak. Dengan membawa sesaji berisi hasil bumi, mulut terus bergumam mengucapkan doa. Dengan dipimpin oleh tetua, sesaji diatur di padepokan. Ada dua jenis sesaji, yang biasa berjumlah sekitar 400 dan yang berisi ingkung ada 50 buah.

“Kalau yang ada ingkungnya itu karena orang memiliki keinginan khusus atau keinginannya telah terpenuhi,” ujar Buang Buono, koordinator acara saparan agung dan peresmian Padepokan Sendang Pelempoh. Keinginan tersebut bermacam rupa. Mulai dari sukses dalam karier, menjulang dalam pendidikan, maupun hasil panen yang menggembirakan, dan ternak yang beranak pinak.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Buang mengungkapkan, kegiatan saparan ini rutin digelar tiap tahun, setiap Jumat Pon bulan Sapar dalam penanggalan Jawa. “Jika tidak dilaksanakan, takut terkena bencana,” tegasnya.

Dia mengatakan, bahwa arak-arakan tersebut bermakna kebersamaan menuju tekad meraih cita-cita. Meski diikuti oleh warga dengan latar belakang berbeda, namun mereka dapat berbaur untuk meraih kepentingan bersama.

Bagi orang yang memiliki nadar [keinginan tertentu] maka harus memberi sedekah di acara Saparan ini. “Tujuan saparan adalah untuk mengucap syukur kepada Tuhan,” katanya.

“Yang istimewa, adalah menu Rujak Madu Mongso,” jelas Buang. Rujak berarti bahan yang bercampur, madu artinya manis, sementara mongso adalah masa. Berbahan dari nangka, santan, gula, dan kacang, sajian ini hanya bisa dibuat oleh trah Kasan Murtono.

Dia mengatakan, rujak ini hanya dibuat oleh satu keturunan saja agar tidak merubah rasa aslinya. “Saat ini, yang membuat adalah cucunya, Supardi,” kata Buang.

Makanan ini, hanya disajikan pada saat saparan. Nama Pelempoh sendiri berasal dari pohon Pelem [mangga] dan Kepuh. “Dulu pohon pelem dan kepuh tersebut bersilangan sehingga membentuk seperti gunting,” ujarnya. Sehingga, wilayah tersebut diberi nama Gunting.

Buang menuturkan, bahwa setelah segera prosesi acara selesai, sesaji dan uborampe akan dimakan oleh seluruh warga masyarakat yang hadir. “Jika tidak selesai, boleh dibawa pulang,” jelasnya sambil tertawa.

Mewujudkan keinginan memang harus melalui perjuangan dan pengorbanan. Tidak ada yang datang secara tiba-tiba. Selain berusaha, berdoa adalah jalan menuju keinginan. (Harian Jogja Cetak/Dian Ade Permana)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya