SOLOPOS.COM - Anak-anak bermain di atas tanah kering dalam Waduk Bade yang terletak di Kecamatan Klego, Boyolali. Foto Diambil Jumat (29/8/2012). (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)


Anak-anak bermain di atas tanah kering dalam Waduk Bade yang terletak di Kecamatan Klego, Boyolali. Foto Diambil Jumat (29/8/2012). (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI–Persediaan air di Waduk Bade, Klego, Boyolali, dinyatakan kritis. Hal itu terjadi menyusul musim kemarau masih berlangsung dan diprediksi mencapai puncaknya September ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pantauan Solopos.com, Jumat(28/9/2012) permukaan air Waduk Bade surut drastis. Dasar  waduk pada bagian utara dan selatan terlihat jelas. Puluhan sampan yang lazimnya terparkir mengapung di permukaan air tepian waduk, terlihat didaratkan pada dasar waduk.

Penjaga pintu air Waduk Bade, Marji, mengatakan tinggi permukaan air waduk tersebut berada di bawah batas minimal. Marji menjelaskan elevasi ketinggian air terhitung dari atas mencapai 233,95 cm. Padahal, batas minimal elevasi adalah 232,50 cm.

Sementara volume air waduk saat ini, 312.000 m3. Batas minimal volume waduk itu 80.000 m3. Menurutnya, masih perlu diperhitungkan volume sedimen untuk merumuskan total volume air.

“Memang sepertinya volume belum berada di batas minimal tapi kan angka sisa volume air belum dikurangi sedimennya. Volume air kritis akibat kemarau panjang,” tandasnya.

Disinggung mengenai dampak pasokan air sebagai irigasi sawah sekitar waduk, Marji menyatakan sementara debet air Waduk Bade belum mengancam lahan pertanian. Pasalnya, sebagian besar pengguna irigasi waduk tersebut telah melewati masa puncak kebutuhan air.
“Ada 40 ha lahan pertanian pengguna irigasi tapi mayoritas ditanami padi saat ini berusia 60-65 hari. Prediksi, petani di lahan itu masih bisa menikmati panen,” ujarnya.

Beberapa pekan terakhir, Marji mengaku mengirit alokasi debet irigasi. Rata-rata debet air yang dialokasikan sebatas 62-80 liter/pekan. Alokasi itu tak menjangkau air hingga ke lokasi pertanian. Petani harus menggunakan cara pompanisasi mengambil air dari saluran irigasi.

Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya