SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi


New York–
Harga minyak mentah berjangka AS jatuh lebih dari dua persen menjadi menetap di bawah 77 dolar per barel pada Rabu waktu setempat. Hal ini memperpanjang kerugian setelah data persediaan minyak mentah dan bensin AS menunjukkan kenaikan lebih besar dari yang diperkirakan.

Persediaan minyak mentah naik 2,1 juta barel minggu lalu, sebuah laporan mingguan dari Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan, meningkatkan keraguan tentang pemulihan ekonomi di konsumen minyak terbesar dunia itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Data tersebut juga menunjukkan bahwa stok bensin naik lebih dari yang diperkirakan tetapi pasokan distilasi turun lebih dari perkiraan. “Lesunya permintaan untuk bensin dan produk olahan digabung dengan anemia permintaan minyak mentah dari kilang, yang mendorong tingkat pemanfaatan di bawah 80 persen, adalah indikator kendor dalam  sistem,” kata Chris Jarvis, analis senior pada Caprock Risk Management di Hampton Falls, New Hampshire seperti dilansir dari Antara, Kamis (3/12).

Minyak mentah light sweet di NYMEX  untuk pengiriman Januari turun 1,77 dolar menetap di 76,60  dolar per barel. Minyak mentah Brent North Sea turun 1,47 dolar menetap di 77,88 dolar.

Dolar AS naik terhadap euro dan yen pada Rabu, lebih menekan harga minyak. Dolar yang lebih kuat biasanya menghambat minat investor dalam komoditas denominasi dolar seperti minyak.

Wall Street juga membebani harga minyak. Indeks saham AS
bervariasi, dengan Dow Jones industrials dan S & P 500 tergelincir karena keprihatinan mengenai peraturan keuangan serta sektor energi.

Minyak telah rally dari di bawah 33 dolar pada Desember lalu, tetapi telah bertahan pada batasan sempit  70 sampai 82 dolar selama dua bulan. Beberapa analis melihat sedikit kemungkinan akan mendorong harga naik di di atas kisaran karena banyaknya persediaan dan sedikit tanda penguatan permintaan.

Secara global, tanda-tanda permintaan minyak bervariasi. Di India,  penjualan tahunan produk minyak naik 17,3 persen pada Oktober dari tahun lalu,  dipicu oleh kegiatan ekonomi dan  permintaan sektor pertanian lebih tinggi, menurut data pemerintah.

China dan India akan bertanggung jawab untuk sebagian besar pertumbuhan permintaan minyak dunia dalam dua dekade berikutnya, menurut sebuah  perkiraan Badan Energi Internasional bulan lalu.

Namun, di Rusia ada tanda-tanda lebih lanjut meningkatnya
pasokan minyak dunia karena data departemen energi negara itu menunjukkan “output” mencapai rekor pasca-Soviet untuk keempat bulan berturut-turut, mempertahankan posisinya sebagai produsen utama dunia di depan Arab Saudi.

ant/isw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya