Om swastyastu
Om ano bhadrah kratawo yantu wiswatah
Om iswara ya nama namah
Semoga segala pikiran yang baik datang dari segala penjuru. Semoga Tuhan senantiasa memberikan berbagai keselamatan dan kebahagiaan lahir dan batin. Dan hanya Tuhanlah yang kita sembah, kepada-Nya kita memohon tuntunan, siapapun tiada berdaya selain Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Dalam sastra Hindu harmonis disebutkan, pluralisme kehidupan tidak boleh diabaikan, melainkan dijunjung dan dipahami guna menegakkan martabat kemanusiaan, dan kesatuan bangsa.
Dalam falsafah negara, terutama Pancasila dinyatakan dengan penuh makna, Bhineka Tunggal Ika. Dan dalam lontar Suta Soma secara lengkap dinyatakan, Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.
Berbagai keanekaragaman, budaya, adat istiadat, suku, bahasa agama dan sebagainya. merupakan jiwa bangsa dan aset nasional sebagai salah satu perekat bangsa dalam menumbuhkan nilai persatuan dan kesatuan. Namun harus diakui di sisi lain bisa menjadi sumber konflik.
Kita menyadari keanekaragaman mempunyai kebenaran individualitas, tergantung dengan ruang, waktu, dan tempat. Kebenaran satyasyasatya atau kebenaran Tuhan bersifat universal dan sering disebut Ekam Evam Adhityam Brahman.
Potensi konflik yang mengiringi pluralisme bisa dipicu oleh mentalitas, perilaku dan pemahaman dari seluruh umat beragama yang mengedepankan rasio sebagai kekuatan utama. Akibatnya, yang muncul adalah berbagai tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama, sikap ekslusifisme dan mengklaim kebenaran kepada orang lain.
Perilaku seperti ini keliru dan memaksakan kehendak. Persahabatan dengan lintas agama, sesungguhnya merupakan proses saling memahami eksistensi serta Hak Asai Manusia dan dapat meminimalisir berbagai kesalahpahaman terhadap realitas yang ada. Harapannya, terwujud interaksi harmonis tanpa sekat-sekat multietnik, multicultur dan multireligius.
Dalam keanekaragaman, bangsa Indonesia dapat kita umpamakan sebuah taman yang indah dan harmonis. Persahabatan seperti singa dan hutan, kedua pihak saling menjaga bukan saling meniadakan.
Interaksi dengan perbedaan tidak mungkin kita hindari, maka sangat dibutuhkan saling pengertian dan pemahaman yang jernih. Mari tumbuhkan kebenaran mulai dalam diri kita, berbuat sesuai dengan kewajiban dan berpikir yang jernih.
Dalam Atharwa Weda dinyatakan, Shardayam sanmanasyam avi dvesam krroni vah. Anyo anyam abhi haryata vatsam jatam isaghnya anutratah pituh prtro matra bhawatu sanmanah, jaya patye madhumatin vacam vedatu santivam ma bhrata bhrataram dviksan ma svasaram utasvasa, samnyanyacah sanrata bhutva vacam vedata bhadraya. Artinya: Aku akan menjadikan engkau satu hati, satu pikiran tanpa rasa benci. Saling mencintai laksana sapi mencintai anaknya. Agar putra patuh kepada ayah dan menjadi satu pikiran dengan ibunya. Agar istri berkata lembut kepada suami, agar semua saudara tidak saling membenci, pikiran bulat, satu tujuan berbicara dengan ramah tamah. Kemerdekaan dapat ditegakkann kerena adanya rasa persahabatan dan perjuangan yang kokoh dari rakyat Indonesia karena adanya kebersamaan.
Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang terdiri dari berbagai multiculture, salah satu perekat keharmonisan yaitu sikap keterbukaan dan toleransi, serta saling menghormati berbagai perbedaan, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Ajaran Hindu selalu mengedepankan Tri Hita Karana yakni tiga penyebab kebahagiaan hidup dalam Rg Weda dinyatakan,” Om Samgacchadhvam sam vedadhvam, samvo manam si jatanam, Dewa bhagam yatha purve, samjananam upasate.” Artinya, Tuhan semoga kami dapat berkumpul, berbicara satu dengan yang lain. Bersatulah dalam semua pikiran sebagai halnya para Dewa zaman dahulu. Hendaknya tujuan sama, bersama pula dalam musyawarah. Bawalah pikiran itu dan bersatulah pikiran itu.
Timbulnya berbagai konflik baik di tingkat bawah maupun di tingkat elit sesungguhnya dipicu oleh berbagai sifat iri hati, rasa egois, dan menganggap diri paling benar sehingga terdorong melakukan tindakan kejahatan dengan mengorbankan diri orang lain.
Perbuatan seperti itu sama sekali tidak mencerminkan sebagai orang beragama, lebih-lebih sebagai bangsa yang memiliki nilai luhur yang beradab. Dalam Sarasamuscaya dengan tegas dinyatakan, “Hana ta mangke kramanya, ikang wwang mangkana, yatika pisaningun, temwang sukha mangke, ring para loka tuwi, mattangnyan aryakena ika sang mahyun langgeng anemwang suka. Maksudnya , orang yang tabiatnya menginginkan milik orang lain, menaruh iri hati akan kebahagiaan; orang yang demikian sekali-kali tidak akan mendapatkan kebahagiaan di dunia, ataupun di dunia lain. Dengan demikian paut ditinggalkan tabiat seperti itu terutama orang yang ingin mendapatkan kebahagiaan sejati.
Dapat kita bayangkan betapa malangnya nasib, betapa tersiksanya batin bila dihinggapi penyakit iri hati yang dapat menjerumuskan ke lembah penderitaan. Orang yang terjangkit penyakit iri hati tidak sayang dengan dirinya, walaupun nyawa sebagai penyambungnya, asalkan mereka dapat melampiaskan nafsunya jahatnya.
Gandhi menyatakan pantang terhadap berbagai tindakan kekerasan, selalu mengutamakan jalan tanpa kekerasan merupakan tindakan kebaikan yang universal. Pernyataan tersebut bukan semata-mata taktik politik dalam upaya membebaskan rakyatnya dari berbagai kekuasaan, melainkan semangat lahir dari suatu kesadaran batin, kesatuan spiritual dalam dirinya sendiri.
Pantang kekerasan bagi Gandhi adalah kekuatan yang dapat membentuk masyarakat. Damai dan ketertiban dalam masyarakat hanya dapat diwujudkan bila antar individu mempunyai kesadaran penuh untuk melaksanakan prinsip pantang kekerasan.
Konsepsi masyarakat tanpa kekerasan yang dibangun Gandhi mempunyai ciri khas, yakni masyarakat lebih bersifat spiritual dari pada material. Spiritual adalah dasar masyarakat yang hendak dibangun Gandhi hubungannya dengan aspek kerohanian manusia bukan aspek fisik dari kodrati manusia.
Muara dari semuanya, manusia dalam sosialitasnya harus memainkan hidup dengan cinta kasih antara sesama. Hanya dengan cinta kasih hidup menjadi bermakna dan bermartabat sesuai dengan ajaran agama.
Om Santi-Santi-Santi Om.