SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Om swastyastu
Om ano bhadrah kratawo yantu wiswatah
Om iswara ya nama namah

Semoga  segala pikiran yang baik datang dari segala penjuru. Semoga Tuhan senantiasa memberikan berbagai keselamatan dan kebahagiaan lahir dan batin.  Dan hanya Tuhanlah yang kita  sembah, kepada-Nya kita  memohon tuntunan, siapapun tiada berdaya selain Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam  sastra Hindu  harmonis disebutkan, pluralisme  kehidupan tidak boleh diabaikan, melainkan dijunjung dan dipahami guna  menegakkan martabat kemanusiaan, dan kesatuan  bangsa.

Dalam falsafah negara, terutama Pancasila dinyatakan dengan penuh makna, Bhineka Tunggal Ika. Dan dalam lontar Suta Soma secara lengkap dinyatakan, Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.

Ekspedisi Mudik 2024

Berbagai keanekaragaman, budaya, adat istiadat, suku, bahasa agama dan sebagainya. merupakan jiwa bangsa dan aset nasional sebagai salah satu perekat bangsa dalam  menumbuhkan nilai persatuan dan kesatuan. Namun harus diakui di sisi lain bisa menjadi sumber konflik.

Kita menyadari keanekaragaman mempunyai kebenaran individualitas, tergantung dengan ruang, waktu, dan tempat. Kebenaran satyasyasatya atau kebenaran Tuhan bersifat universal dan sering disebut Ekam Evam Adhityam Brahman.

Potensi konflik yang mengiringi pluralisme bisa dipicu oleh mentalitas, perilaku dan  pemahaman dari  seluruh umat  beragama yang mengedepankan rasio sebagai kekuatan utama. Akibatnya, yang muncul adalah berbagai tindakan  kekerasan dengan  mengatasnamakan agama, sikap ekslusifisme dan mengklaim kebenaran kepada  orang lain.

Perilaku seperti ini keliru dan  memaksakan kehendak. Persahabatan dengan lintas  agama, sesungguhnya  merupakan proses saling  memahami eksistensi  serta Hak Asai Manusia dan dapat  meminimalisir berbagai kesalahpahaman terhadap realitas yang ada. Harapannya, terwujud interaksi harmonis  tanpa sekat-sekat multietnik, multicultur  dan multireligius.

Dalam keanekaragaman, bangsa Indonesia dapat kita  umpamakan sebuah  taman yang indah dan harmonis. Persahabatan seperti singa dan hutan, kedua pihak saling menjaga bukan saling  meniadakan.

Interaksi dengan perbedaan tidak  mungkin kita hindari, maka sangat dibutuhkan saling pengertian dan pemahaman yang jernih. Mari tumbuhkan kebenaran  mulai dalam diri kita,  berbuat  sesuai dengan kewajiban dan  berpikir yang  jernih.

Dalam Atharwa Weda  dinyatakan, Shardayam sanmanasyam avi dvesam krroni vah. Anyo anyam abhi haryata vatsam jatam isaghnya anutratah pituh prtro matra bhawatu sanmanah, jaya patye madhumatin vacam vedatu santivam ma bhrata bhrataram dviksan ma svasaram utasvasa, samnyanyacah sanrata bhutva vacam vedata bhadraya. Artinya:  Aku akan menjadikan engkau satu hati, satu pikiran tanpa rasa benci. Saling mencintai laksana sapi  mencintai anaknya. Agar putra patuh kepada ayah dan menjadi satu pikiran dengan ibunya. Agar istri berkata lembut kepada suami, agar semua saudara tidak saling membenci, pikiran bulat, satu tujuan berbicara dengan ramah tamah.  Kemerdekaan dapat ditegakkann kerena adanya rasa persahabatan dan perjuangan yang kokoh  dari rakyat Indonesia karena adanya  kebersamaan.

Dalam kehidupan bermasyarakat dan  berbangsa yang  terdiri dari berbagai multiculture, salah satu  perekat keharmonisan yaitu sikap keterbukaan dan toleransi, serta saling  menghormati berbagai perbedaan, menjunjung  tinggi nilai  kemanusiaan.

Ajaran Hindu  selalu  mengedepankan Tri Hita Karana yakni  tiga  penyebab kebahagiaan hidup dalam  Rg Weda dinyatakan,” Om Samgacchadhvam sam vedadhvam, samvo manam si jatanam, Dewa bhagam yatha purve, samjananam upasate.” Artinya, Tuhan  semoga  kami dapat  berkumpul, berbicara satu dengan yang lain. Bersatulah dalam semua pikiran sebagai halnya  para Dewa zaman dahulu. Hendaknya tujuan sama, bersama pula dalam musyawarah. Bawalah pikiran itu dan bersatulah pikiran itu.

Timbulnya  berbagai konflik baik di tingkat bawah maupun di tingkat elit sesungguhnya dipicu oleh  berbagai sifat iri hati, rasa egois, dan menganggap diri paling benar sehingga terdorong melakukan tindakan  kejahatan dengan  mengorbankan diri orang  lain.

Perbuatan  seperti itu sama  sekali tidak  mencerminkan  sebagai orang  beragama, lebih-lebih sebagai  bangsa yang  memiliki nilai luhur yang beradab. Dalam Sarasamuscaya dengan tegas  dinyatakan, “Hana ta mangke kramanya, ikang wwang mangkana, yatika pisaningun, temwang sukha mangke, ring para loka tuwi, mattangnyan aryakena ika sang mahyun langgeng anemwang suka. Maksudnya , orang yang tabiatnya menginginkan milik orang lain, menaruh iri hati akan  kebahagiaan; orang  yang  demikian sekali-kali tidak akan  mendapatkan kebahagiaan di dunia, ataupun di dunia  lain. Dengan demikian paut ditinggalkan tabiat  seperti itu terutama orang yang ingin  mendapatkan kebahagiaan sejati.

Dapat kita bayangkan betapa malangnya nasib, betapa tersiksanya batin bila  dihinggapi penyakit iri hati yang dapat  menjerumuskan ke lembah  penderitaan. Orang yang terjangkit  penyakit iri hati tidak sayang dengan dirinya, walaupun nyawa sebagai penyambungnya, asalkan  mereka dapat melampiaskan nafsunya jahatnya.

Gandhi menyatakan pantang terhadap berbagai tindakan kekerasan,  selalu  mengutamakan jalan tanpa  kekerasan merupakan tindakan kebaikan yang universal. Pernyataan tersebut  bukan semata-mata taktik politik dalam upaya  membebaskan rakyatnya dari berbagai  kekuasaan,  melainkan  semangat lahir dari suatu kesadaran batin, kesatuan spiritual dalam dirinya  sendiri.

Pantang  kekerasan bagi Gandhi adalah  kekuatan yang dapat membentuk masyarakat. Damai dan ketertiban dalam masyarakat hanya dapat diwujudkan bila antar individu mempunyai kesadaran penuh untuk  melaksanakan prinsip pantang kekerasan.

Konsepsi masyarakat tanpa  kekerasan yang dibangun Gandhi mempunyai ciri khas, yakni masyarakat lebih  bersifat spiritual  dari pada material. Spiritual adalah dasar masyarakat yang  hendak dibangun Gandhi hubungannya dengan aspek kerohanian manusia bukan aspek fisik dari kodrati manusia.

Muara dari semuanya, manusia dalam sosialitasnya harus memainkan hidup dengan cinta kasih antara sesama. Hanya dengan cinta kasih hidup menjadi bermakna dan bermartabat sesuai dengan ajaran agama.

Om Santi-Santi-Santi Om.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya