SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

“Sekarang Pak Perpust selalu senyum lho,” begitu ungkap seorang siswa perihal layanan yang ramah dan responsif dari petugas perpustakaan sekolahnya.

Ruangan perpustakaan yang berpendingin, koleksi bacaan lengkap, atau layanan komputerisasi mutakhir tak akan berarti bagi para murid tanpa petugas yang ramah dan sigap.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Faktor penting untuk mencerahkan kecenderungan rendahnya minat baca adalah pelayanan perpustakaan dan upaya provokasi membaca.

Perpustakaan tidak hanya diharapkan sebagai penyedia  bacaan, tetapi juga menciptakan mekanisme yang mampu mendorong tumbuhnya minat baca. Ada inspirasi yang menarik mengenai perpustakaan dari buku Sekolah Rakjat Pantjasila.

 Dalam format aslinya, buku tersebut masih memakai ejaan lama, ditulis oleh S. (Soetedjo) Bradjanagara dan L. Kartasoebrata, terbit di Jogja, 3 Juni 1956.

Sebagai Ketua Badan Kongres Pendidikan Indonesia pada waktu itu, dia menguraikan secara rinci mengenai sekolah rakyat Pancasila, konteks, dan alasan keberadaannya.

Bahkan pada halaman awal buku ini ditampilkan rancangan gedung sekolah rakyat beserta tata ruang yang sangat memanusiakan siapapun yang belajar di dalamnya, seperti ruangan yang lapang, gedung tidak bertingkat-tingkat, sampai dengan  halaman dan taman  yang hijau.

Satu bagian penting di dalam sekolah tersebut dinamai taman pustaka. Menarik untuk ditegaskan kembali penyebutan taman pustaka untuk menamai tempat buku-buku berada.

Istilah taman bermain, taman pintar, taman kota, taman makam pahlawan, taman impian — menghadirkan suasana lapang, menggembirakan, dan suasana rekreatif yang menyenangkan.

Pembahasan mengenai pembimbingan minat baca mesti menunjukkan perpustakaan pendidikan yang diabdikan untuk kepentingan siswa, maka sifat taman mesti muncul di dalamnya.

Jika dikaitkan dengan hakikat perpustakaan sebagai taman baca, perpustakaan di lembaga pendidikan perlu menyediakan bacaan yang menarik perhatian pengguna, memberikan kemudahan dalam pelayanan, menciptakan kebebasan, dan menciptakan rasa krasan kepada pengguna.

Survei CTC (2010) terhadap 32 sekolah menengah atas di Jawa dan delapan di luar Jawa menunjukkan 32,7% siswa memanfaatkan waktu di perpustakaan untuk membaca majalah/tabloid; 20,4% membaca novel/ fiksi; 11,1% membaca koran; 10,5 membaca buku-buku penunjang pelajaran; dan 3,1% membaca jurnal ilmiah.

Persentase tersebut menunjukkan banyak siswa lebih tertarik membaca bacaan ringan, mengingat usia siswa yang belum ditantang untuk membaca bacaan yang lebih serius. Siswa pun (30,9 %) mengakui bahwa aktivitas membaca di perpustakaan untuk menambah dan memperluas informasi; sebagian lagi 17,2% menyebut ke perpustakaan untuk menunjang pengembangan intelektual dan penyelesaian tugas-tugas; 26,3% menjadikan perpustakaan untuk rekreasi dan menyegarkan diri.

Hasil survei tersebut mencoba mengungkap keinginan siswa terhadap perpustakaan sekolah, sekaligus persepsi mereka tentang manfaat fasilitas sekolah.

Menyediakan berlimpah bacaan kemudian berharap akan tumbuh minat membaca, atau sebaliknya terus-menerus membangun kebiasaan membaca lantas menyusulkan penyediaan bacaan, sambil berharap para siswa akan memburu sendiri bacaan yang dibutuhkan meskipun tidak disediakan di depan mata.

Keduanya mesti bersama-sama serempak, artinya pengadaan bacaan dan membangun kebiasaan membaca berjalan seiring.

Tujuan utama penciptaan perpustakaan sebagai taman pustaka adalah minat baca para siswa yang terus berkembang.

Di lingkungan pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi, usaha pengembangan minat baca dapat dilakukan dengan prinsip pikat. Prinsip pikat adalah usaha untuk memikat pengguna agar mulai menyenangi kegiatan membaca.

Petugas perpustakaan yang ramah akan memikat para murid datang dan kembali lagi ke perpustakaan.  Berkait dengan teori rangsangan dan dorongan, minat baca dapat tumbuh dan berkembang dengan cara dibentuk.

Di sinilah peran perpustakaan lewat petugasnya yakni membentuk tumbuhnya minat baca, bukan hanya penyedia sumber-sumber informasi, tetapi juga proaktif mempromosikan layanan dan memotivasi para pengguna [siswa atau mahasiswa] untuk berlomba-lomba membaca. Promosi yang paling efektif adalah cara melayani dan memamerkan koleksi-koleksi menarik yang tidak diketahui murid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya