SOLOPOS.COM - Ilustrasi pernikahan anak (scannewsnigeria.com)

Ketua TP PKK Jateng yang juga istri Gubernur Ganjar Pranowo memberikan pesan terkait masih tingginya jumlah pernikahan dini.

Solopos.com, WONOGIRI — Pernikahan dini di Jawa Tengah, khususnya Wonogiri, masih tinggi. Terkait hal itu, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jateng, Atiqoh Ganjar Pranowo, memberikan sejumlah pesan saat berbicara seminar peringatan Hari Ibu di pendapa Kabupaten Wonogiri, Jumat (22/12/2017).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Istri Gubernur Ganjar Pranowo itu mengungkapkan permohonan dispensasi nikah saat ini masih banyak. Sebagian besar dari mereka memohon dispensasi menikah karena usianya masih di bawah 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan.

Padahal menurut Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA), usia di bawah 18 tahun masih termasuk anak-anak. Menurutnya, menikah di usia anak sangat rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Pada usia tersebut, mereka biasanya masih bergantung pada orang tua. “Umur 15 tahun yang seharusnya masih bermain dan belajar malah sudah jadi ibu, sudah harus berpikir dewasa,” ujarnya.

Akibatnya, potensi perceraiannya tinggi karena tidak mampu mengatasi permasalahan dalam keluarga. Selain itu, dari sisi mental mereka juga belum matang. Atiqoh juga menyoroti gizi anak dari pasangan orang tua yang masih di bawah umur.

Menurutnya, mereka belum sadar terhadap makanan penunjang untuk bayi sehingga gizi anak mereka terabaikan. Dia meminta agar ibu-ibu mampu menginspirasi di lingkungannya masing-masing untuk mencegah pernikahan usia anak.

Dia mengakui adanya kendala kultur dalam masyarakat. Meski demikian, hal itu bisa diantisipasi dengan memberi edukasi.

Seusai menggelar seminar, Atiqoh Ganjar Pranowo bersama rombongan mengunjungi korban bencana longsor di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo. Mereka juga memberikan bantuan kepada para korban bencana alam tersebut.

Terpisah, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengajak masyarakat Wonogiri menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak, khususnya kasus-kasus seperti KDRT dan pelecehan seksual terhadap anak.

“Momentum Hari Ibu harus menjadi koreksi dan renungan bagi kita semua untuk memuliakan perempuan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya