pernikahan sepasang suami istri baru itu, Sabtu (3/11/2012).
Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah
Pernikahan Suyanto dan Meliana memang cukup menyedot perhatian khalayak. Bukan saja lantaran resepsi mereka yang diiringi oleh tarian barongsai serta pelepasan balon di udara. Namun, perayaan dan lokasi pernikahan mereka juga terbilang cukup unik, yakni di sebuah klenteng yang selama ini sepi dari aktivitas pernikahan umat Konghucu.
“Klenteng ini namanya Tri Dharma, karena dipakai oleh penganut Konfusianisme, Taoisme, dan Budhisme. Namun, baru kali ini dipakai oleh Konfusianis untuk pernikahan ala Konghucu ,” kata Adji Chandra, pemimpin acara pernikahan ala Kong Huchu di klenteng bersejarah itu. Adji mengaku tak ingat persis sudah berapa puluh tahun Klenteng Tien Kok Sie tak pernah dijadikan tempat ibadah oleh para pemeluk Konfusianisme atau umat Konghucu. Yang jelas, sambung Adjie, dengan
adanya pernikahan tersebut, Klenteng Tien Kok Sie telah membuka lembaran sejarah baru bagi kemajuan hidup beragama. “Selama ini, klenteng ini paling banyak untuk tempat ibadah dari kalangan budhisme,” ujar Adji yang juga koordinator group Liong dan Barongsai Tripusaka Solo itu.
mulia mereka,” papar Adji.
Menurut Adji, kebebasan beragama dan kesamaan hak warga negara, khususnya warga Konghucu di Nusantara, telah berkembang pesat. Tak hanya dalam pengakuan agama Konghucu saja. Namun, dalam hal perkawinan, pengurusan kartu tanda penduduk (KTP), hingga pelajaran agama Kongucu pun juga mendapatkan perlakuan yang sama. Bahkan, sejumlah kegiatan umat Konghucu pun juga mulai banyak yang didukung pendanaan dari pemerintah. “Sejumlah rumah ibadah Konghucu dan
kesenian barongsai pun sekarang mendapatkan banyak dukungan dari pemerintah. Kami sangat bangga atas perubahan ini,” jelasnya.