SOLOPOS.COM - Seorang warga Kampung Dabagsari RT006/RW001 Kelurahan Mojo Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, keluar dari MCK komunal di kampung tersebut, Selasa (8/2/2022). (Solopos/Mariyana Ricky P.D.)

Solopos.com, SOLO — Hampir satu dekade lalu, warga Kampung Dabagsari RT006/RW001 Kelurahan Mojo (dulu RT023/RW001 Kampung Semanggi), Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, masih mengandalkan WC helikopter untuk keperluan buang air besar (BAB).

Namun, kini WC yang umumnya ada di kawasan dekat Sungai Bengawan Solo itu telah menghilang dengan adanya jamban atau WC komunal yang dinilai lebih sehat untuk lingkungan. Dulu setiap pagi jamban helikopter bertutup karung plastik itu dipakai bergiliran.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Belasan orang rela mengantre sambil membawa seember air untuk digunakan sendiri. Kebiasaan itulah yang perlahan hilang sejak 2013 silam. Penggunaan jamban helikopter atau jamban yang pembuangannya langsung ke sungai atau saluran air sudah ditinggalkan.

Baca Juga: Walah, 40 Ribuan Keluarga di Solo Tak Punya Jamban Sendiri

Pada 2013, Kampung Dabagsari mendapatkan program sanitasi dari Iuwash USAID PLUS untuk pembuatan MCK dan septic tank komunal. Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Dabagsari Makmur, Sudrajat, mengatakan saat tim Iuwash USAID PLUS survei ke lokasi, mereka terkejut lantaran jamban atau WC helikopter itu dibikin di tengah hunian.

Ranjau manusia tersebar di mana-mana hingga harus hati-hati saat berjalan. Namun, warga kala itu menolak program itu masuk. Mereka khawatir pembuatan septic tank komunal bakal mencemari sumur pompa yang selama ini menjadi sumber air utama.

Sambungan Rumah

Warga juga enggan MCK komunal dibangun di kampung mereka. “Mereka juga sudah terbiasa memakai jamban helikopter, jadi diajak beralih tidak mau. Program itu sempat tertunda setahun sampai kemudian dibangun pada 2013,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (8/2/2022).

Baca Juga: Waduh, Masih Ada Puluhan Warga Solo Antre MCK Umum Saban Pagi

Saat ini, IPAL dan MCK komunal KSM Dabagsari Makmur telah melayani 41 sambungan rumah, sedangkan MCK komunal masih dimanfaatkan 20-30 keluarga. Meski mereka sudah memiliki jamban sendiri yang tersambung dengan IPAL komunal, mereka masih memanfaatkan MCK komunal untuk mencuci baju atau mandi.

Tarifnya yang murah menjadi alasan mereka tetap mengakses MCK komunal. “Biaya yang kami tetapkan itu untuk memperbaiki kerusakan dan merawat MCK. Selain untuk membayar listrik dan air,” beber Sudrajat.

Baca Juga: Ada MCK Kuno Era Mangkunagoro VII di Kestalan Solo, Begini Sejarahnya

Terpisah, Lurah Sangkrah, Eka Budi Mulyana, mengatakan hampir setiap RW di wilayahnya memiliki satu jamban komunil atau komunal. Di kelurahan itu toral ada 13 RW, tapi ada yang satu RW yang punya dua MCK komunal.

Warga yang mengakses per MCK komunal bisa belasan sampai 30 orang, ramainya setiap pagi dan sore hari. Lingkungan sekitar MCK komunal itu memang padat penduduk, dan huniannya sempit sehingga memang tak memiliki jamban sendiri. Di MCK komunal RW 008 bahkan sudah bisa memproduksi biogas,” tuturnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya