SOLOPOS.COM - Wedang uwuh, salah satu kuillner khas Kabupaten Bantul. (jogjaprov.go.id)

Solopos.com, BANTUL – Sejumlah kuliner yang populer di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ternyata merupakan warisan budaya tak benda.

Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebutkan sejumlah kuliner khas daerah ini sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Kita di Bantul ada istilahnya warisan budaya tak benda. Salah satu contoh adalah satai klatak, itu merupakan warisan budaya tak benda dari sisi kuliner,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Bantul, Nugroho Eko Setyanto, di Bantul, Minggu (30/4/2023), dikutip dari Antara.

Selain, satai klatak atau bahan baku daging kambing, ternyata masih banyak kuliner lainnya yang merupakan warisan budaya tak benda di Bantul. Beberapa kuliner tersebut yaitu wedang uwuh atau minuman tradisional dari rempah-rempah dan mi lethek, kuliner khas Bantul yang diolah secara tradisional.

“Masuknya warisan budaya tak benda untuk pengetahuan dan keahlian tradisional. Jadi bukan di objek makanannya, tetapi cara membuatnya itu, sehingga menjadi kekhasan yang ada di daerah itu,” katanya.

Wedang uwuh telah terdaftar dalam warisan budaya tak benda pada tahun 2017. Menurut masyarakat sekitar, dilansir jogjaprov.go.id, wedang ini dulunya menjadi sajian khas para raja untuk menjamu tamu. Dalam bahasa Jawa, wedang artinya minuman, sedangkan uwuh artinya sampah.

Meskipun dinamakan minuman sampah, bukan berarti tanpa khasiat. Maksud minuman sampah adalah minuman yang terdiri dari campuran beberapa bahan. Di antaranya adalah jahe, kayu secang, daun dan kayu manis, daun pala dan biji pala, kapulaga dan gula batu.

Wedang uwuh nikmat disajikan dalam kondisi panas. Cita rasa dari minuman ini adalah pedas dari jahe dan rasa segar yang dikeluarkan dari beragam jenis daun-daunan yang diseduh dengan air panas.

Sedangkan mi lethek merupakan mi asli Bantul yang dibuat dari paduan tepung tapioka dan gaplek (singkong kering). Tanpa pemutih, sehingga warnanya kecokelatan (lethek).

Bagi yang tidak bisa makan gluten, bisa menggunakan mi lethek untuk berbagai jenis masakan. Salah satunya untuk membuat bakmi.

Warisan Lainnya

Selain kuliner, kata dia, ada pula warisan budaya tak benda di Bantul. Nugroho menyebut ada batik. Namun dari sisi pembatikannya yang dilakukan secara tradisional. Ada pula tradisi seperti Rabu Pungkasan, Nguras Enceh, tradisi Nyadran Agung, dan tradisi khas lainnya.

“Jadi, istilahnya warisan budaya tak benda dan itu ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan. Jadi kalau warisan budaya itu kita mengusulkan, harus dikaji dulu. Warisan budaya itu dilindungi pemerintah dan untuk makanan kita juga banyak,” kata Nugroho.

Lebih lanjut, dia mengatakan selain warisan budaya, Bantul juga mempunyai bangunan atau kawasan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Cagar budaya itu ada yang berupa pendopo, struktur bangunan, dan lain sebagainya. Total, kata Nugroho, berjumlah 172 cagar budaya.

“Dan kita juga mencoba memberikan insentif kepada cagar-cagar budaya yang ada. Misalnya adanya keringanan pembayaran Pajak Bumi Bangunan terhadap bangunan yang ada cagar budayanya. Dapat keringanan potongan 75 persen dari kabupaten,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya