SOLOPOS.COM - Ilustrasi rapid test. (freepik)

Solopos.com, SRAGEN – Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati membatasi pelaksanaan rapid test karena jumlah alatnya terbatas. Kini, prosedur rapid test dilakukan secara selektif.

Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen adalah pihak yang memutuskan pelaksanaan rapid test kepada warga berdasarkan hasil tracing dari pasien positif Covid-19.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, saat ditemui Solopos.com, Selasa (28/4/2020) siang, menyampaikan rapid test tidak bisa diberikan kepada semua orang. Sebab, alat rapid test yang merupakan bantuan dari pemerintah provinsi jumlahnya terbatas.

Dia menjelaskan alat rapid test di Sragen didapatkan dengan prosedur yang panjang. Ada syarat khusus, seperti jumlah kasus positif Covid-19, bagaimana epidemiologinya, dan seterusnya yang harus dipenuhi.

Ekspedisi Mudik 2024

Rapid Test Positif, 18 Peserta Ijtima Gowa Asal Karanganyar Segera Diuji Swab

“Ketika kami mengajukan bantuan rapid test ke provinsi itu tidak serta merta langsung dikasih. Kemarin ada jemaah yang minta anggotanya diambil rapid test dan bayar berapa pun mau. Saya katakan, ini bukan masalah bayar atau tidak tetapi unit rapid test-nya tidak ada,” ujar Yuni.

Dia menyampaikan Pemkab sudah pengadaan tahap pertama sebanyak 500 unit alat rapid test dan sudah datang. Selain itu, Yuni menyampaikan ada bantuan 100 unit juga.

Bupati Yuni menyatakan dengan konstelasi perkembangan Covid-19 di Sragen yang menunjukkan peningkatan, maka pengetesan dengan rapid test harus selektif.

Permintaan Kades Jambanan

Sebelumnya Kepala Desa (Kades) Jambanan, Sidoharjo, Sugino Welly, meminta 70 warga Jambanan dan Taraman yang pernah kontak dengan tenaga kesehatan positif Covid-19 asal Jambanan dites dengan rapid test. Namun, agaknya keinginan ini tidak terkabul.

Geger Video Begal di Dekat Balai Kota Solo, Korbannya Ibu-ibu

Sugino saat dihubungi Solopos.com, Senin (27/4/2020) malam, melakukan tracing terhadap warga yang pernah kontak langsung dengan wanita 47 tahun positif corona.

Pada Senin malam, Sugino menemukan 60 orang yang pernah kontak fisik dengan bidan puskesmas tersebut. Kemudian hingga Selasa (28/4/2020), hasil tracing naik menjadi 70 orang. Kebanyakan orang yang berkontak dengan pasien itu adalah ibu hamil.

“Sebanyak 25 orang dari 70 orang itu dari Taraman. Mereka ada yang ibu hamil dan warga. Kami menelusur yang pernah kontak dengan nakes positif Covid-19 terhitung sejak 31 Maret lalu sampai penjemputan untuk dibawa ke RS darurat di Technopark Sragen. Kemarin awalnya hanya lima orang yang mau diambil rapid test di Puskesmas Sidoharjo karena ada desakan akhirnya jadi 15 orang yang rapid test,” ujarnya.

Nangis-Nangis Ditelepon Ganjar, Pemilik Indekos yang Usir Perawat RSUD Solo Minta Maaf

Sugino ingin semua warga hasil penelusuran itu ikut rapid test supaya ada kejelasan terhadap status mereka.

Rapid test itu dianggap perlu agar pemerintah desa di Sragen bisa mengambil tindakan yang tepat. Dia mengatakan untuk sementara mereka harus menjalani karantina mandiri.

“Untuk rapid test terhadap keluarga inti sudah dilakukan dan hasilnya negatif. Nakes yang positif ini sebenarnya korban karena dari sembilan orang nakes yang dites, ternyata delapan orang lainnya negatif,” ujar Sugino.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya