SOLOPOS.COM - TAMBAH STOK--Pekerja menyiapkan intip yang dijual di Toko Pringgading, Solo, Jumat (30/12/2011). Penjual menambah stok makanan khas Solo untuk mengantisipasi lonjakan permiantaan terkait libur Tahun Baru dan sekolah. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

TAMBAH STOK--Pekerja menyiapkan intip yang dijual di Toko Pringgading, Solo, Jumat (30/12/2011). Penjual menambah stok makanan khas Solo untuk mengantisipasi lonjakan permiantaan terkait libur Tahun Baru dan sekolah. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SOLO–Api di kompor terlihat berkobar-kobar. Di atas kompor, terlihat wajan penuh berisi minyak. Widadi, pekerja di pusat oleh-oleh khas Solo Pringgading itu sudah siap dengan beberapa keranjang intip yang siap digoreng.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Rupanya Widadi perlu tenaga ekstra untuk menggoreng intip dalam kapasitas yang lebih banyak dari hari biasa. Maklum, sekarang masih dalam nuansa liburan. Permintaan intip di rumah produksinya naik hingga dua kali lipat.

“Wah, kalau permintaan sedang naik seperti liburan sekarang, saya bisa lembur. Kalau biasanya sehari saya goreng intip hanya 5 jam, sekarang mungkin bisa sampai 9 jam setiap harinya. Karena, intip yang saya goreng juga bertambah banyak,” kata Widadi, saat ditemui Espos, Jumat (30/12/2011).

Setyo Palupi, pemilik Pringgading, menyampaikan ia harus mencari pasokan intip lebih banyak pada musim liburan kali ini. Biasanya, sehari ia hanya butuh 1 kuintal intip, namun dua pekan terakhir ia harus menyediakan 3 kuintal intip.

“Kebetulan saya sudah punya tiga pengepul intip yang menjadi langganan. Saya harus sediakan intip lebih banyak karena permintaan dari luar kota sekarang meningkat tajam.”

Ia menyebut, dua pekan terakhir ini rumah produksi intipnya ramai dikunjungi tamu dari luar kota seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya bahkan tamu asing.

“Saya lihat banyak tamu bule yang datang ke tempat saya,” ujarnya.

Senada disampaikan pemilik Sinar Gedongan, Lilik Septia Widodo, yang merupakan produsen keripik belut dan paru di kawasan Gedongan, Baki, Sukoharjo.

“Wah, selama liburan ini saya selalu lembur sampai malam. Bahkan ketika hari Minggu, (saya) sampai tidak libur. Kami harus kebut produksi keripik belut dan paru itu karena permintaan saat liburan ini melonjak,” kata Lilik.

Keripik belut dan paru, kata dia, termasuk salah satu jajanan khas yang paling banyak dicari pembeli.

Biasanya, karyawan bisa pulang pukul 17.00 WIB, terkadang harus mundur sampai pukul 19.00 WIB.

“Dan akhir-akhir ini tamu atau pembeli kebanyakan dari luar kota. Dan untuk permintaan di toko-toko juga naik, kisaran 10% hingga 20% dari permintaan hari biasa.”

(Hijriyah Al Wakidah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya